Pekerjaan domestik sebagai ibu rumah tangga tidak menyurutkan semangat para ibu-ibu di Kelurahan Mergosono Kota Malang ini untuk tetap berkreasi dan produktif. Berangkat dari sebuah ide penelitian dari mahasiswa-mahasiswa UIN Malang ini, sekelompok ibu-ibu pengajian di Kelurahan Mergosono Kota Malang dan para mahasiswa ini berinisiatif menciptakan kebun dengan lingkup kecil di tengah perkotaan dengan tanpa memerlukan space tanah yang luas. Kebanyakan masyarakat kota yang notabene memiliki pekerjaan kantoran membuat mereka tidak terlalu akrab dengan kegiatan bercocok tanam. Hal Ini disebabkan karena kesibukan yang sangat padat, tidak adanya lingkungan dan budaya bercocok tanam yang mendukung, dan faktor paling besar ialah tidak memiliki tanah atau pekarangan yang cukup untuk ditanami tanaman. Oleh karenanya, para mahasiswa dengan menggandeng ibu-ibu Mergosono ini berkolaborasi untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Penelitian ini memiliki tujuan awal menciptakan lingkungan yang sadar akan pangan di tengah-tengah masyarakat urban perkotaan, kemudian selanjutnya program ini dinamai dengan “Kampung Mandiri Pangan”. Inisiatif ini disambut hangat oleh para stakeholder Kelurahan dan juga masyarakat Kelurahan Mergosono itu sendiri. Ibu-ibu merasa memiliki jiwa-jiwa menanam yang kuat, hal itu dibuktikan dengan kuatnya semangat mereka untuk mewujudkan niat tersebut. Sebelum adanya program ini, masyarakat Mergosono hanya menanam di pinggiran tembok, di atap rumah, dan di teras bagi yang memiliki teras. Kebutuhan akan sayur dan buah hanya terpenuhi dengan cara membeli di pasar atau supermarket, sudah lama masyarakat mendambakan mereka bisa menanam sayur di rumah mereka sendiri dan memetik kapan pun mereka ingin, seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat Pujon, Kabupaten Malang.
Kini mereka bisa merealisasikan seluruh keinginan tersebut dengan adanya kebun tersebut. Sayur-sayur ditanam dengan metode hidroponik di sebuah lapangan kecil di tengah-tengah permukiman penduduk, jadi prosesnya warga 3 RT memiliki satu kebun untuk kemudian di kelola bersama. Sayur yang ditanam berupa sayur-sayur pokok seperti sawi pokcoi, selada, tomat dan cabe. Selain berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi, menanam sayur melalui media hidroponik juga bernilai ekonomis. Sayur-sayur tersebut tidak hanya dikonsumsi pribadi, namun juga dijual baik secara offline maupun online dengan harga jual yang tinggi tentunya, karena sayur tersebut ditanam dengan media hidroponik yang menghasilkan sayur dengan kualitas tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H