Mohon tunggu...
Syekh Muchammad Arif
Syekh Muchammad Arif Mohon Tunggu... Konsultan - Menawarkan Wacana dan Gagasan Segar sertaUniversal

syekh muhammad arif adalah motivator dan bergerak di bidang konsultasi pendidikan dan pemerhati sosial dan keagamaan universal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bimbingan Berpuasa di Tengah Wabah Corona

22 April 2020   14:18 Diperbarui: 23 April 2020   21:14 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti dilaporkan laman Worldometers, real time pukul 22, 2020, 01:12 GMT pada Rabo (22/4/2020) menunjukkan angka kasus di seluruh dunia sebanyak 2,556,515. Dari angka tersebut, sejumlah 690,265  adalah pasien yang telah mengalami kesembuhan, dan pasien meninggal dunia berjumlah  177,608 jiwa.

Selanjutnya, bagaimana semestinya kita berpuasa di tengah penyebaran wabah? Ada beberapa bimbingan  yang bisa kita terapkan saat berpuasa di tengah kepungan wabah Corona.

  • Mengikuti petunjuk dokter dan menjaga kesehatan badan

Langkah pertama adalah memperhatikan arahan kesehatan dan menjaga badan. Dalam hal ini kita harus memperhatikan protokol kesehatan dan panduan dokter. 

Makanan yang sehat untuk memperkuat imunitas tubuh, menggunakan masker saat keluar rumah, menjaga sosial atau fisikal distancing, istirahat yang cukup, olah raga sesuai kemampuan adalah cara-cara yang sering direkomendasikan para ahli kesehatan untuk menghadapi wabah ini.

Taat pada aturan kedokteran tersebut diambil dari dalil dan hukum syar'i yang berdasarkan kaidah "la dharar". Ini termasuk musallamat  fiqh (fikih yang disepakati) dan sesuai kaidah ini, hal-hal yang menyebabkan datangnya bahaya bagi badan/jiwa manusia harus dihindari sebisa mungkin.

Bila memakai air berbahaya bagi kita maka sebagai gantinya kita menggunakan tanah dengan bertayamum. Kalau kita melanggar aturan ini maka ibadah kita bisa tidak sah.

Dalil berikutnya, kedudukan akal dan ilmu dalam Islam. Banyak hadis yang mengemukakan "ilmu al-abdan" di samping "ilmu al-adyan" dan para ahli ilmu abdan, yaitu para dokter adalah tenaga-tenaga ahli yang mesti harus diikuti arahannya.

Jadi, keharusan sosial atau fisikal distancing dan memperhatikan protokoler kesehatan untuk mencegah penyebaran wabah merupakan tindakan rasional yang dibenarkan oleh agama. 

Secara umum, kita tidak boleh melakukan suatu kegiatan yang secara rasional bisa menyebabkan tertular wabah meskipun kemungkinan kecil. Dan keputusan dokter itu hujah bagi semua dalam kondisi wabah seperti ini.

  • Harmoni antara agama dan sains/pengetahuan

Sebagian orang karena tidak memahami Islam dengan baik dan benar, mereka berusaha membenturkan antara agama dan sains/pengetahuan saat datangnya wabah. Sehingga mereka mengganggap Islam sebagai agama yang "ompong" dari dalil/argumentasi dan tidak bertaji saat menghadapi perkembangan zaman dan tehnologi.

Alquran saat menggambarkan masyarakat Jahiliah, ia mengatakan bahwa mereka dalam persoalan pemikiran begitu rapuh (kosong/tak bermakna) "in yattabi'una illa zhan" (mereka hanya mengikuti prasangka) dan dalam hal motivasi dan perbuatan, mereka menuruti "ma tahwal anfus" (apa yang disukai oleh hawa nafsu). Allah berfirman: "Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya." (QS, an Najam: 23)

Jadi, Jahiliah memiliki dua unsur utama: Pertama, di bidang pemikiran tidak memiliki argumentasi yang kuat. Kedua, di bidang motivasi/perbuatan, tidak mempunyai keadilan. 

Sehingga bekerja dengan kecenderungan (suka atau tidak suka), bukan dengan keadilan. Sistem Islami yang rasional adalah, di bidang pemikiran penuh dengan argumentasi dan di bidang motivasi penuh keadilan, tidak tersesat saat jalan dan tidak menutup jalan orang lain.

Syeikh Khaled Omran dari Al-Azhar meyakini bahwa tidak ada pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan. "Penemuan sains kami anggap sebagai pesan Allah kepada umat manusia," kata Omran.

  • Menjaga kebersihan

Hadis yang cukup terkenal dan biasanya terpampang di dinding-dinding berbunyi: Menjaga kebersihan termasuk bagian dari iman.

Menurut sebuah penelitian, lebih dari 5 ribu hadis di bidang kesehatan. Wow, betapa luar biasanya Islam memberi perhatian pada masalah kebersihan dan kesehatan manusia.

Ada kebersihan yang perlu kita perhatikan yang level kedua dan seterusnya lebih tinggi daripada level sebelumnya, yaitu:

  • Tharahah al-libas wa albdan (kebersihan pakaian dan badan)
  • Tharah af'al (kebersihan perbuatan).
  • Thaharah khayal(kebersihan khayalan/lamunan).
  • Thaharah 'aql (kebersihan akal).
  • Thaharah qalb (kebersihan hati).
  • Thaharah ruh (kebersihan ruh).

Meningkatkan spirit kemanusiaan

Kondisi penyebaran wabah mestinya bisa meningkatkan kepeduliaan sosial kita dan jiwa kemanusiaan kita seperti itsar (berkorban demi orang lain), membantu kaum dhuafa dan fakir-miskin, memaafkan, memberi kelonggaran/toleransi kepada bawahan dan mereka yang terdampak wabah. 

Bahkan saking pentingnya membantu hajat orang mukmin sampai-sampai Sayidina Ja'far ash-Shadiq memerintahkan muridnya Aban untuk menghentikan thawaf dan menyampaikan bahwa pahala memenuhi hajat orang mukmin lebih baik daripada pahala tujuh puluh kali thawaf.

  • Kesempatan memperkuat bangunan rumah tangga

Rumah itu dalam bahasa Arab disebut dengan "as-sakan" yang berarti kedamaian/ketenangan. Tapi berapa banyak rumah yang menenangkan dan mendamaikan? Secara zahir penghuni rumah tinggal di satu atap dan satu tempat dan tampak bersatu dan bersama namun hati mereka masing-masing. 

Datangnya wabah ini mestinya menjadi kesempatan bagi para anggota rumah yang biasa banyak menghabiskan waktu di luar untuk lebih menghidupkan suasana rumah dan berbagi keceriaan (canda/tawa, keseruan dan kebaikan) dengan sesama anggota keluarga. Pimpinan rumah tangga harus menciptakan suasana yang hangat dan sejuk di rumah. 

Dan perlu dicatat bahwa salah satu ibadah yang sering dilupakan orang adalah idhalu surur fi qalbi an-nas (memasukkan kegembiraan pada hati manusia). 

Bahkan Nabi saw menasihati seorang ayah untuk menjadi seperti anak kecil (bertingkah kekanak-kanakan) dalam rangka untuk membuat senang anak-anaknya.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Syekh Muh. Alcaff (Founder Chanel Manazila TV di YouTube & Pengasuh Kajian Makrifat di M.T. Baitul Ma'rif Perbutulan Cirebon)

Referensi: worldometers.info | rumahkitab.com | quran.kemenag.go.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun