Mohon tunggu...
Syekh Muchammad Arif
Syekh Muchammad Arif Mohon Tunggu... Konsultan - Menawarkan Wacana dan Gagasan Segar sertaUniversal

syekh muhammad arif adalah motivator dan bergerak di bidang konsultasi pendidikan dan pemerhati sosial dan keagamaan universal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar atau Belajar Merdeka?

12 Desember 2019   16:49 Diperbarui: 31 Maret 2020   21:24 3853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa arti kemerdekaan dalam pernyataan beliau tersebut? Dalam sebuah tulisan di buku Pendidikan, beliau menyatakan "Dalam pendidikan harus senantiasa diingat bahwa kemerdekaan itu bersifat tiga macam: berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur diri sendiri" (temantakita.com. Diakses tanggal 12/12/2019).

Belajar merdeka mencirikan pembelajaran yang kritis, berkualitas, ekspres (cepat), transformatif, efektif, aplikatif, variatif, progresif, aktual dan faktual. Para pelajar yang belajar berbasis kemerdekaan akan senantiasa enerjik, optimis, prospektif, kreatif dan selalu berani untuk mencoba yang baru. 

Mereka senantiasa lapar dan haus akan ilmu. Para pelajar kategori ini menganggap bahwa membaca buku yang bergizi tak kalah nikmatnya dengan menyantap makanan. 

Mereka tertantang untuk menghadapi kesulitan belajar; mereka selalu ingin bisa dan pantang untuk menyerah sebelum mencoba, mereka tidak bergantung kepada orangtua, guru, sekolah dan sistem/aturan. Dimanapun mereka berada, mereka menjadi pribad-pribadi yang menyenangkan, berpengaruh dan bermanfaat.

Bagaimana Kita Mesti Mulai Belajar?
Seorang pemuda mendatangi Sokrates dan mengatakan, "Aku ingin belajar filsafat kepadamu." Sokrates menjawab, "Engkau datang dengan keyakinan?" Pemuda itu mengatakan, "Iya." Lalu Sokrates membawa pemuda itu ke tepi telaga dan mengatakan, "Masukkan kepalamu di dalamnya!" Kemudian pemuda itu meletakkan kepalanya di dalam telaga.

Sesaat kemudian Sokrates menarik leher pemuda itu dan menenggelamkannya di air. Beberapa menit kemudian pemuda itu nyaris pingsan. Kemudian ia menggerak-gerakkan tangannya untuk menunjukkan bahwa ia tidak mampu lagi menahan kepalanya. Lalu Sokrates melepaskan lehernya.

Pemuda itu dengan nafas terpenggal-penggal mengeluarkan kepalanya dari air. Kemudian dia bertanya mengapa Sokrates memperlakukannya demikian? Sokrates menjawab, "Dalam kondisi seperti itu, apa yang engkau minta dengan ketulusan dan sepenuh hatimu?" Pemuda itu menjawab, "Aku hanya menginginkan udara dan hanya itu."

Sokrates mengatakan, "Sekarang pergilah ke rumahmu dan pikirkanlah bila engkau sampai pada suatu tahapan di mana engkau akan mencari dan menginginkan filsafat seperti ini, engkau akan mencari filsafat dengan sepenuh hati, maka saat itu datanglah kemari sehingga aku akan mengajarimu filsafat."

 Ini merupakan sebaik-baik perumpamaan bagaimana belajar. Lalu pertanyaannya adalah apakah kita untuk belajar telah sampai kepada tahapan seperti ini? Kaum urafa atau kaum sufi mengatakan, "Ahli hati memiliki dua sifat; pertama adalah hati yang menerima pembicaraan, dan kedua yaitu pembicaraan yang diterima oleh hati." Temukan diri Anda dalam kalimat tersebut! Anda termasuk salah satu dari yang mana?

Sungguh mengejutkan mengetahui bahwa begitu banyak orang tidak percaya bahwa mereka dapat belajar, dan lebih banyak lagi yang percaya bahwa belajar itu sulit.

- FRANK HERBERT --

Syekh Muh. Alcaff, Founder Chanel Manazila TV di Youtube

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun