Mohon tunggu...
Syekh Farhan Robbani
Syekh Farhan Robbani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Memiliki mimpi memajukan pertanian Indonesia dengan Lembaga Pendamping dan Pembimbing Pertanian-Petani Indonesia (Agrimotion Inc.) dengan cabang di Seluruh Propinsi di Indonesia. Interesting dalam bidang Motisawuf, Agripreneur, Craetive Industry dan Islamology

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Itu Rezeki? (Rezeki = Uang ?)

11 Agustus 2011   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:54 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak dalam pandangan masyarakat kita konsep tentang rezeki banyak yang mengartikan sebagai uang. Pernah mendengar ucapan, “Alhamdulillah, saya mendapatkan rezeki dari pekerjaan ini”. Ups., bagaimana kita memahami rezeki sampai bisa berkatas seperti itu. Yuk kita diskusi.

Sebelumnya, saya ingin mengatakan tentang pandangan umum dan hukum alam yang pasti, bahwa cara pandang kita menentukan tindakan kita. Sepakat ?. Apabila kita berfikir (cara pandang) bahwa rezeki kita dari pekerjaan kita, maka kita akan (tindakan) melakukan apapun untuk mendapatkan rezeki lewat pekerjaan kita. Contohnya, pekerjaan kita menghasilkan 2 juta per bulan untuk 8 jam kerja per hari berarti kita harus bekerja 24 jam per hari untuk mendapatkan 6 juta per bulan. Right?

Banyak dari kita yang berfikir bahwa orang tua-nya lah yang memberikan rezeki bagi keluarga. Kalo kita jadi karyawan, bos kitalah yang memberikan rezeki. Kalo kita jadi dokter, profesi itulah yang memberikan kita rezeki. Kalo jadi pejabat, jabatan itulah yang mendapatkan rezeki. Begitu juga kalo kita menjadi seorang petani, sawahnyalah yang memberikan rezeki. Apakah kita salah satunya yang berfikir seperti itu ?.

Apa jadinya kalo kita berfikir bahwa pekerjaan/profesi kita-lah yang memberikan rezeki. Kita akan khawatir kalo mau resign dari pekerjaan kita karena tidak nyaman atau tidak sesuai hati kita. Kita akan habis-habisan mempertahankan jabatan kita dan memanfaatkanya untuk kemakmuran pribadi. Begitu juga kita akan khawatir/gelisah apabila sawah kita habis,dll.

Sering ya kita berfikir seperti itu?., Tapi perhatikan, berapa banyak anak kecil yang tidak memiliki pekerjaan, bisa makan setiap hari. Ribuan pengangguran yang makan dan merokok setiap harinya (3 piring lagi 1 hari) atau kucing yang termenung sedih atau putus asa karena anaknya banyak?. Perhatikanlah, betapa selama ini konsep rezeki dalam hati dan pikiran kita selama ini yang membatasi diri kita memiliki keterbatasan rezeki atau khawatir akan rezeki kita.

Lalu apa dan bagaimana rezeki itu?

Yuk lihat, Sebenarnya rezeki itu apa dan penyebab rezeki itu apa?. Ya harus kita tanya sama yang punya rezeki. Siapa yaitu Allah. Coba dech buka surat Ar-Rum ayat 40., disitu Allah bilang., yang menciptakan kita (manusi dan seluruh mahluk hidup) itu Allah, dan memberimu rezeki. Artinya apa?, yups betul sekali, Allah yang memberikan rezeki. So, ketika ada pemberi, maka posisi kita sebagai apa? Penerima. Yang namanya penerima, yang tinggal nerima ajah. Ngapain repot-repot.

Jadi, rezeki itu bukan dari pekerjaan kita, bukan dari siapa-siapa. Penyebab kita mendapatkan rezeki ya memang sudah jaminannya Allah. Titik.Bukan karena apa-apa. Karena kita telah diciptakan, ya berarti rezekinya sudah dijamin sama Allah. Pasti itu. Jadi nggak perlu khawatir keluar dari pekerjaan karena gak bakal dapet rezeki. Kalo memang pekerjaan itu bertentangan dengan syariat atau tidak sesuai hati nurani, yang keluarlah. Allah yang menjamin rezekinya.

Nah, rezeki itu mamng jaminan yang membuatnya, yaitu Allah. Ya.., perantaranya banyak bahkan bisa halal dan haram. Rezeki itu perantaranya bisa dengan banyak usaha atau sedikit usaha. Tapi fokus kita sebagai hambanya, dalam menerima rezeki bukan harus ngoyo gimana gitu. Tapi kita harus melakukan apa yang seharusnya kita sebagai manusia lakukan. Apa itu?

Seperti manual book barang-batang elektronik, sebenarnya kita ini sudah dikasih tau bagaiamana cara menerima rezeki ini. Udah lah rezeki itu-mah urusanya Allah, itu sudah dijamin. Gak dipikirin juga pasti dapet.Pasti. Bahkan kalo kita ‘ngoyo’ mikirin rezeki ini, kita bakal lebih kerepotan memenuhi tuntutan dari keyakinan kita itu. Seperti dalam awal paragraf ini, kita butuh waktu 24 jam untuk dapat 6 juta per bulan. Gak mau kita seperti itu kan.

Yup, di manual book manusia bernama Al Qur’an di Surat At-Thalaq : 2-3 udah dijelasin bagaiamana yang harus kita lakukan untuk memperoleh rezeki. Yaitu, kuncinya adalah bertakwa. Apa saja instrumen bertakwa, anda bisa membaca di banyak literatur. Tetapi makna bertakwa harus dipahami secara menyeluruh. Intinya, kita ini disuruh bertakwa bukan disuruh nyari rezeki. Rezeki itu urusanya Allah SWT. Kalo kita bertakwa, kita akan mendapatkan rezeki yang tidak disangka-sangka. Udahlah, pasti itu.

Dengan pemahaman itu, bukan berarti kita tidak bekerja untuk menerima rezekinya Allah. Bekerja ya bekerja seperti biasa, sesuai dengan pekerjaan kita. Tapi hilangkan pikiran pekerjaan itulah yang memberi kita rezeki sehingga kita lalai dalam beribdah kepada Allah. Banyak lho yang punya keyakinan ini, sehingga banyak yang lalai sholatnya, tidak mau berzakat dan menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk memperoleh rezeki. Udah, intinya kita hanya bertakwa. Bekrja ya bekerjalah seperti biasa, jangan sampai kita mengabaikan Allah.

Contoh sederhananya, ya kita bekerja seperti biasa jadi sekertaris atau CS (Costumer Service), tapi waktunya shalat ya kita shalat. Kitajadi SPG (Sales Promotion Girl)rumah/apartemen, kita disuruh memakai pakaian seksi dan rok mini, ya kita tinggalin lah. Atau bahkan kita menjadi karyawan tidak boleh memakai kerudung, lalu kerudung kita dilepas karena pekerjaan tersebut. Astagfirullah!

Yuk, kita sama-sama menerima rezekinya Allah tanpa mengabaikan Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun