Jika desa berpotensi untuk hidup dari pertanian, bangun mereka dari sisi pertanian. Ciptakan narasi positif pertanian kepada orang Desa. Bangun mindset bahwa turun ke sawah, mencangkul, menanam, menyatu dengan tanah itu kebudayaan yang bernilai tinggi.Â
Jangan sampai terdahului oleh kecepatan orang industry yang sangat gencar membentuk persepsi masyarakat desa agar membeli produk kebudayaan yang mereka tawarkan.
Di awal tadi saya menyinggung lahirnya UU desa yang kemudian menjadi harapan baru bagi masyarakat Desa. Masalahnya, ini subyektif ya. Ketika bicara undang2 Desa, pemerintah Desa terlalu di sibukkan bagaimana mengelola anggaran, proses auditnya, dan pertanggung jawaban anggaran yang semuanya bersifat administrative.Â
Bukan menyalahkan, itu cukup regulasi yang menangani, tapi menurut saya ada hal yang lebih penting di prioritaskan yaitu bangun kepercayaan diri masyarakat Desa. Katakan bahwa makanan Desa adalah makanan Indonesia yang sebenarnya, katakana bahwa kesenian, hiburan, dan estetika orang desa adalah kekayaan kebudayaan Indonesia yang sebenarnya. Karena Indonesia yang sebenarnya adalah Desa.Â
Negara punya power yang kuat dengan regulasi yang mereka miliki untuk mampu mengakomodir semua itu. Setelah itu akan muncul kepercayaan diri masyarakat Desa akan identitas yang mereka miliki. Kemudian baru, distribusi ekonomi mulai di atur. Bangun infrastruktur yang mendukung perputaran ekonomi sesuai dengan potensi yang desa miliki.
Sedikit saya menyinggung aktivitas pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, kebetulan daerah saya terlintasi oleh jalur nya. Mungkin saya terlalu sempit menyimpulkan, tapi sementara ini saya menyimpulkan bahwa pembangunan ini hanya akan kembali membunuh kepervayaan diri masyarakat Desa.Â
Berapa hektar alihfungsi pertanian yang membunuh kehidupan para petani ? berapa hektar alam desa yang rusak ? berapa banyak petani yang harus urban ke Kota dari hasil pembebasan lahan tapi dalam kondisi bingung harus kerja apa ? Mungkin iya, ini akan menghidupkan ekonomi ? tapi tanpa diikuti peningkatan kapasitas masyarakat  desa, ekonomi siapa yang akan hidup ? Lagi -- lagi, sejauh ini, arah pembangunan Negara masih satu arah dengan mengacu pada standar hidup perkotaan.
Point nya adalah, saya pengen mengajak khusunya untuk orang desa ayolah, restorasi kembali mindset kita sebagai manusia Desa. Perkuat kembali identitas kebudayaan manusia desa. Jangan terlalu sempit memaknai budaya hanya sebatas kesenian, tari-tarian atau satra. Bagi saya, kebudayaan adalah tata nilai. Ucapan kita, prilaku, pakaian, cara berpikir, bahkan orientasi hidup adalah bagian dari kebudayaan. Jangan malu menjadi manusia Desa, Kita adalah setara. !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H