ekowisata yang ada di Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, Kota Semarang.
Salam pengelana sobat Kompasiana... manusia dari planet mana sih yang tak kenal Kota Semarang? Penduduk sekitar menjulukinya sebagai “Kota Lumpia” tak hanya menyuguhkan wisata bangunan kuno (heritage), namun keindahan alamnya sangat eksotis. Ikut aku yuk, menjelajahWaduk Jatibarang dan Goa Kreo terletak di Dukuh Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Goa Kreo memiliki luas area hutan 5-6 hektare yang merupakan salah satu situs goa tersembunyi dengan menawarkan petulangan misterius ke dalam dunia bawah tanah dengan alam sekitar sangat mempesona.
Dikutip dari Wikipedia, kata “Kreo” berasal dari kata Mangreho yang memiliki arti jaga atau peliharalah. Goa ini menjadi tempat Sunan Kalijaga untuk bertafakur memohon keridhoan Tuhan Yang Maha Kuasa. Letak goa ini berada di tengah-tengah Waduk Jatibarang yang memiliki akses jembatan merah penghubung untuk wisatawan mengunjungi goa kreo. Pada objek wisata ini terdapat banyak kawanan kera yang dipercaya warga setempat menjaga kawasan ini.
Singkat Cerita Legenda Goa Kreo
Menurut Badan Otorita Borobudur kisahnya bermula ketika Sunan Kalijaga membutuhkan kayu jati sebagai bahan dasar pembangunan tiang Masjid Agung Demak.
Cara Sunan Kalijaga mendapati kayu jati diinginkan harus melakukan tafakur di goa memohon keridhoan Tuhan Yang Maha Kuasa, setelah mendapat petunjuk mengenai keberadaan kayu jati perjalanan pun dilanjutkan.
Saat di tengah perjalanan, Sunan Kalijaga dihadang oleh sekelompok orang tak dikenal yang ingin merampas kayu jati. Tetapi keistimewaan beliau dapat mengalahkan sekolompok orang tersebut tanpa ada bekas goresan saat berperang. Naasnya batang kayu jati yang begitu besar dan panjang ini tersangkut diantara bebatuan yang sulit untuk diambil.
Kesulitan yang dialami Sunan Kalijaga pun teratasi dengan munculnya 4 ekor kera panjang dengan warna merah, putih, kuning dan hitam yang turut andil membantu beliau. Batang kayu jati setelah diangkat oleh sekawan kera tadi akhirnya dipotong menjadi dua bagian dengan menggunakan selendang Sunan Kalijaga, supaya mudah dilarung pada aliran sungai menuju Demak.
Pada saat Sunan Kalijaga ingin berpamitan dengan sekawan kera yang telah membantunya tadi, kera ini mengajukan diri ikut serta mendampingi beliau menyebarkan agama Islam. Namun, tawaran sekawan kera ini ditolak oleh Sunan Kalijaga lantaran mereka bukanlah manusia. Bentuk terima kasih beliau terhadap sekawan kera dengan menghadiahkan kawasan hutan ini untuk tempat tinggal sekawan kera dan diberi nama Goa Kreo.
Waduk Jatibarang merupakan danau buatan sebagai solusi mengatasi banjir yang ada di kota lumpia ini. Secara resmi Waduk Jatibarang terbuka umum sebagai tempat wisata sejak tahun 2015. Waduk ini memiliki luas 189 hektare dengan berbagai daya tarik seperti terdapat pulau kecil benama Goa Kreo. Tiket masuk ke Goa Kreo hari biasa Rp6.500 dan hari minggu/tanggal merah Rp8.000, sedangkat tiket masuk ke Waduk Jatibarang tidak dikenakan biaya.