DI Yogyakarta, dikenal dengan warisan budaya melimpah, tetapi juga muncul dengan inovasi-inovasi terupdate bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk di bidang pertanian.
Salah satu contoh yang menonjol adalah Mina Padi di Kampung Samberembe, Kec. Pakem, Kab. Sleman, DI Yogyakarta sebagai tempat percontohan dan agroedukasi. Letak kampung ini sangat strategis dan jauh dari hiruk pikuk aktivitas perkotaan. Bisa dibayangkan akses jalan yang memadai dikelilingi oleh hamparan sawah dan pepohonan.
Unik dan beda dari lahan pertanian lain, Anda ketika berkunjung ke lahan persawahan ini pikiran terbawa suasana tenang saat melihat ikan yang berlalu lalang dan hembusan angin membuat betah berlama-lama duduk di gazebo.
Sebelum membahas lebih jauh mina padi di Kampung Samberembe, apa sih mina padi itu?
Mina padi merupakan sistem pertanian yang menggabungkan budidaya ikan dengan budidaya padi dalam satu lahan pertanian. Dalam sistem ini, ikan dibiarkan hidup di petakan sawah yang telah diberi ruang dengan tanaman padi. Ikan memberikan pupuk alami ke sawah padi melalui kotoran dan sisa makanan mereka, sementara tanaman padi memberikan lingkungan yang sesuai bagi ikan untuk berkembangbiak.
Pada umumnya, dalam praktik mina padi di Kampung Samberembe, ikan yang sering digunakan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Jenis ikan ini memiliki karakteristik yang cocok untuk budidaya dalam sistem mina padi.
Pola sebaran benih ikan yang dilakukan petani jika usia padi sudah mencapai 15-20 hari setelah tanam itu baru masuk ikan, karena kalau padi di tanam bersamaan dengan ditebar ikan maka perkembangan padi akan terganggu. Usahakan tanaman padi pertumbuhan bagus terlebih dahulu baru ikan masuk, kurun waktu 80 hari ikan siap panen yang nantinya bergantian jarak 3-5 hari kemudian padi.
Lahan pertanian sebagian ada yang menggunakan plastik mulsa berwarna abu-abu, ini bukan hanya hiasan semata. Melainkan ada fungsi secara teknis yaitu dinding pembatas supaya ikan tidak menggerus tanah untuk mencari pakan tambahan berupa cacing dan jika dilakukan tak terkendali berakibat tanah longsor.
Mina Padi Kolaborasi Kearifan LokalÂ
Kebiasaan bertani masyarakat Kampung Mina Padi Samberembe tidak lepas dari pengaruh kearifan lokal dari generasi ke generasi, melekatnya budaya menjadi hal positif mendongkrak keunikan bercocok tanam.
Selain itu, membuka pikiran kaum tua dan muda dalam bidang pertanian saling bertukar ide mewujudkan kearifan lokal supaya tidak punah kedepannya.
Gotong royong menjadi ciri khas saat pembangunan sarana saluran irigasi, masyarakat guyub rukun dalam pemanfaatan Sumber Daya Manusia sebagai bentuk pembuatan irigasi tradisional dengan penerapan sistem irigasi gravitasi. Pemanfaatkan gravitasi sudah lama diterapkan oleh leluhur mereka, dinilai lebih efektif menyalurkan air dari sumber mata air yang terintegrasi embung terlebih dahulu baru disalurkan dari hulu ke hilir.
Praktik ini mencerminkan kearifan lokal dalam pengelolaan air yang terbukti efisien waktu dan tenaga, karena masyarakat tidak iuran pembuatan sumur bor, sehingga menjaga keseimbangan air tanah dan mengoptimalkan penggunaan air dalam pertanian.
Varietas padi yang ditanam oleh petani sebagaian besar menggunakan padi lokal guna mendukung adanya produktivitas bibit lokal unggul. Adapun varietas padi lokal yang dipergunakan telah melalui seleksi adaptasi dengan baik dengan kondisi lingkungan setempat, yaitu varietas sembada merah.
Kiblat Utama Pertanian Berkelanjutan dan AgroedukasiÂ
Kampung Samberembe menjadi salah satu pelopor dalam menerapkan praktik mina padi di Indonesia. Sejak dulu, petani di kampung ini telah mengembangkan dan memperbaiki teknik mina padi, menjadi contoh bagi daerah lain dalam menerapkan pertanian berkelanjutan.
Sumber Daya Manusia saling bersinergi membuat kampung agroedukasi, upaya memperkenalkan kepada pelajar dan masyarakat umum mengenal pertanian berkelanjutan. Apalagi Kampung Samberembe masuk dalam kategori P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya). Beberapakali sudah dikujungi oleh pelajar/mahasiswa, penyuluh pertanian lapangan, lembaga pertanian, masyarakat domestik, dsb.Â
Paguyuban tani di Samberembe memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga dan mengembangkan praktik mina padi. Mereka aktif bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan mendukung satu sama lain dalam menerapkan pertanian berkelanjutan.
Kolaborasi ini menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun solidaritas dan kebersamaan di antara petani. Prestasi ini menarik perhatian dan menjadi inspirasi bagi petani di seluruh Indonesia.
Jadi, definisi pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sistem pendekatan suatu pertanian yang bertujuan memenuhi kebutuhan pangan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan sebagai kebutuhan primer mereka. Pendekatan ini memperhatikan keseimbangan antara tiga dimensi utama, yang dikenal sebagai 3P:
- Aspek Sosial (People): Masyarakat Samberembe menjadi kiblat utama adanya penemuan dan keberhasilan kombinasi pertanian berkelanjutan terhadap praktik mina padi dan masuk aspek P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya).
-Aspek Lingkungan (Planet): Ekosistem lahan persawahan di kampung Samberembe terjaga keasliannya dan memberikan mikroorganisme berkembang pesat akibat pupuk organik yang mengendap hasil sisa pakan dan kotoran ikan. Menjadikan penyerapan unsur hara organik ke tanaman padi lebih presisi. Selain itu juga, petani dapat mengurangi residu penggunaan pupuk kimia yang mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan perairan.
-Aspek Ekonomi (Profit): Pendapatan sampingan masyarakat petani dan non petani di Kampung Mina Padi Samberembe masuk dalam pemerataan, karena semua golongan masyarakat berkontribusi untuk kemajuan kampungnya. Dari lahan petak sawah yang dahulunya cuma penghasil padi saja, tapi kini panen dua komoditas yaitu padi dan ikan. Selain itu juga, UMKM sekitar lokasi tergerak untuk membuat produk turunan dari hasil panen tersebut.
Dengan demikian, kearifan lokal di Kampung Mina Padi Samberembe menjadi pondasi yang kuat bagi praktik pertanian berkelanjutan. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan praktik tradisional yang telah terbukti efektif selama bertahun-tahun, petani dapat mengembangkan sistem pertanian yang ramah lingkungan, produktif, dan berkelanjutan generasi ke generasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI