Mohon tunggu...
Sya Wati
Sya Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswi Universitas Muhammadiyah A.R Fachrudin Prodi Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Teori Sastra dalam Konteks Psikologi: Psikoanalisis freud dalam The Catcher in the Rye

1 November 2024   15:48 Diperbarui: 1 November 2024   15:57 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

The Catcher in the Rye, novel karya J.D. Salinger yang diterbitkan pada tahun 1951, adalah salah satu karya sastra klasik yang menggambarkan perjalanan emosional dan psikologis seorang remaja bernama Holden Caulfield. Dengan latar belakang New York City pasca Perang Dunia II, cerita ini mengikuti Holden yang baru saja dikeluarkan dari sekolah asrama dan memutuskan untuk menghabiskan beberapa hari menjelajahi kota sebelum kembali ke rumah. Selama perjalanannya, Holden berhadapan dengan berbagai pengalaman yang membentuk pandangannya tentang kehidupan dan orang-orang di sekitarnya. Tema utama novel ini mencakup pencarian jati diri, alienasi, dan konflik antara masa kanak-kanak dan kedewasaan.

Pendekatan psikologis yang akan digunakan dalam analisis ini adalah psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Teori Freud berfokus pada pentingnya alam bawah sadar dalam membentuk perilaku dan pikiran individu. Dalam kerangka ini, Freud mengemukakan konsep id, ego, dan superego, yang saling berinteraksi untuk memengaruhi keputusan dan tindakan seseorang. Id merupakan bagian yang berisi dorongan dan naluri dasar yang bersifat impulsif; ego bertindak sebagai perantara yang menyeimbangkan antara kebutuhan id dan realitas; sedangkan superego berfungsi sebagai pengontrol moral yang menentukan apa yang dianggap benar dan salah.

Artikel ini bertujuan untuk memahami konflik internal yang dialami oleh Holden Caulfield melalui pendekatan psikoanalisis Freud. Dengan menganalisis karakter Holden menggunakan konsep id, ego, dan superego, serta mekanisme pertahanan yang digunakannya, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana pengalaman hidupnya membentuk perilaku dan sikapnya terhadap dunia di sekitarnya.

Pembahasan

Id, Ego, dan Superego dalam Diri Holden

Id
Dalam kerangka psikoanalisis Freud, id merepresentasikan dorongan dasar dan naluri yang bersifat instingtif. Holden Caulfield, sebagai karakter utama, sering kali menunjukkan perilaku yang mencerminkan sisi impulsif dari id-nya. Misalnya, keinginan Holden untuk melarikan diri dari rutinitas sekolah dan tanggung jawabnya dapat dilihat sebagai pengaruh kuat dari id. Ia menunjukkan penolakan terhadap norma-norma sosial dan mengekspresikan keinginannya untuk memberontak, terutama ketika ia berulang kali mengungkapkan kebenciannya terhadap "kefanaan" dan kepalsuan yang ia lihat pada orang-orang di sekitarnya. Tindakan-tindakan impulsif Holden, seperti menghabiskan uang secara sembarangan dan meninggalkan sekolah tanpa rencana yang jelas, menggambarkan dorongan bawah sadarnya untuk melawan tekanan dan ekspektasi masyarakat.

Ego
Ego Holden berfungsi sebagai mediator antara dorongan impulsif id dan tuntutan realitas di sekitarnya. Meskipun sering kali terjebak dalam konflik antara keinginan untuk melarikan diri dan kebutuhan untuk berfungsi di dunia nyata, Holden masih berusaha mempertahankan beberapa aspek dari kehidupannya. Misalnya, ia tetap berusaha untuk berkomunikasi dengan teman-temannya dan mengunjungi tempat-tempat yang ia kenal, meskipun pada saat yang sama, ia merasa terasing dan tidak terhubung. Upayanya untuk menjalani kehidupan sehari-hari---meskipun sering kali gagal---menunjukkan bahwa ego Holden berusaha untuk menjaga keseimbangan antara keinginannya dan kenyataan yang harus ia hadapi.

Superego
Superego Holden adalah sumber moral yang mengontrol banyak perilakunya. Dalam konteks novel, superego Holden terwujud melalui rasa tanggung jawab terhadap nilai-nilai moral dan idealisme yang ia anut, terutama dalam hubungannya dengan adiknya, Allie. Kematian Allie sangat mempengaruhi psikologi Holden dan menggerakkan superego-nya untuk melindungi anak-anak dari ketidakadilan dan kejahatan dunia, yang ia gambarkan melalui keinginannya untuk menjadi "penangkap dalam gandum" yang melindungi anak-anak dari kehilangan kepolosan. Rasa bersalah dan penyesalan yang Holden alami akibat kematian Allie menambah kompleksitas konflik antara id, ego, dan superego dalam dirinya, menyebabkan ketegangan yang terus menerus dan mengakibatkan perilaku yang tampak tidak stabil.

Mekanisme Pertahanan Diri Holden

Holden menggunakan berbagai mekanisme pertahanan untuk mengatasi ketegangan psikologis yang dihadapinya. Beberapa di antaranya adalah:

  • Represi dan Denial: Salah satu cara Holden mengatasi kesedihannya adalah dengan menolak untuk menghadapi kenyataan tentang kematian Allie. Ia sering kali mengalihkan perhatian dari perasaannya yang sebenarnya dan berusaha untuk tidak membicarakannya. Ini menciptakan ketegangan emosional yang mendalam, karena ia terus-menerus berjuang dengan perasaannya tanpa benar-benar menghadapinya.
  1. Proyeksi: Holden seringkali mengkritik orang lain dengan label "palsu" atau "tidak tulus," yang mencerminkan konflik internalnya. Dengan menyoroti kepalsuan di dunia sekitar, ia sebenarnya mengalihkan perhatian dari ketidakpuasannya terhadap dirinya sendiri dan perasaannya yang kompleks.
  2. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation): Terkadang, Holden menunjukkan sikap sinis dan acuh tak acuh terhadap situasi yang sebenarnya ia pedulikan. Misalnya, meskipun ia merasa kesepian, ia sering kali menganggap bahwa ia lebih suka sendirian. Ini adalah bentuk reaksi terhadap rasa sakit emosional yang sebenarnya ia alami.

Dengan menganalisis karakter Holden Caulfield menggunakan pendekatan psikoanalisis Freud, kita dapat memahami lebih dalam mengenai konflik internal yang dihadapinya, serta bagaimana mekanisme pertahanan yang digunakannya membantu atau justru menghambat proses penyembuhannya.

Kesimpulan

Dalam analisis ini, kita telah mengeksplorasi karakter Holden Caulfield melalui lensa psikoanalisis Sigmund Freud, terutama melalui konsep id, ego, dan superego. Holden adalah contoh yang jelas dari individu yang terjebak dalam konflik internal yang rumit, di mana dorongan naluriah dan norma moral saling beradu. Id Holden mendorongnya untuk melarikan diri dari dunia yang dianggapnya palsu, sementara ego-nya berjuang untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan tersebut dan tuntutan realitas yang harus ia hadapi. Superego-nya, yang dipengaruhi oleh rasa kehilangan dan tanggung jawab moral terhadap adiknya, menciptakan rasa bersalah yang mendalam dan membentuk cara pandangnya terhadap kehidupan. Mekanisme pertahanan yang digunakan Holden, seperti represi, proyeksi, dan pembentukan reaksi, menunjukkan betapa dalamnya konflik yang dialaminya. Upaya Holden untuk menolak perasaan yang menyakitkan dan mengalihkan kritik terhadap orang lain mencerminkan cara ia berjuang untuk melindungi dirinya dari rasa sakit emosional yang tak tertahankan. Dengan demikian, pendekatan psikoanalisis Freud tidak hanya membantu kita memahami perilaku Holden tetapi juga menyoroti kompleksitas pengalaman manusia dalam menghadapi trauma, kehilangan, dan pencarian jati diri.

Relevansi teori psikoanalisis dalam sastra sangat penting, karena memungkinkan pembaca dan peneliti untuk menggali lebih dalam ke dalam psikologi karakter dan memahami bagaimana pengalaman hidup mereka membentuk perilaku dan pilihan mereka. Analisis ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan pendekatan psikologis, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih kaya dan mendalam tentang karya sastra, serta menjembatani pemahaman antara psikologi dan sastra.

  • Barry, P. (2009). Beginning Theory: An Introduction to Literary and Cultural Theory. Manchester University Press.
  • Buku ini memberikan pengantar berbagai teori sastra, termasuk psikoanalisis Freud, dan relevan sebagai sumber untuk memahami aplikasi psikoanalisis dalam sastra.
  • Freud, S. (1961). The Ego and the Id. The Standard Edition of the Complete Psychological Works of Sigmund Freud, Volume XIX (1923-1925): The Ego and the Id and Other Works. London: Hogarth Press.
  • Karya asli Freud ini menjelaskan konsep id, ego, dan superego, serta mekanisme pertahanan diri, yang sangat penting dalam analisis psikologi karakter.
  • Freud, S. (1917). Introductory Lectures on Psycho-Analysis. New York: W.W. Norton & Company.
  • Buku ini menawarkan wawasan tentang psikoanalisis dan konsep-konsep yang berkaitan dengan alam bawah sadar, yang menjadi dasar analisis karakter Holden Caulfield.
  • Tyson, L. (2006). Critical Theory Today: A User-Friendly Guide. Routledge.
  • Buku ini memuat penjelasan mendetail tentang berbagai teori sastra, termasuk psikoanalisis, dan cara penerapannya dalam memahami teks sastra.
  • Salinger, J.D. (1951). The Catcher in the Rye. Little, Brown and Company.
  • Novel ini adalah objek utama analisis dan sumber utama dalam memahami konflik psikologis karakter Holden Caulfield.
  • Magher, M. (2023). The Catcher in the Rye: Character Analysis & Meaning. Study.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun