Prokrasrtinasi, apakah Anda terjebak di dalamnya?
Jika anda terjebak dalam siklus penundaan, rasa bersalah, dan permasalahan yang tidak kunjung selesai, mungkin anda bertanya-tanya, "Mengapa ya saya begitu malas?" "Mengapa pekerjaan saya tidak selesai-selesai?"
Sebenarnya, kemalasan bukanlah alasan untuk menunda atau yang sekarang kita kenal dengan prokrastinasi. Prokrastinasi merupakan proses aktif dimana Anda memilih untuk melakukan hal lain bandingkan  tugas yang seharusnya  dikerjakan. Sedangkan, kemalasan merupakan proses tidak aktif, menunjukkan sikap apatis dan keengganan untuk bertindak.
Jika prokrastinasi tidak ada hubungannya dengan kemalasan, lalu apakah itu?
Secara etimologis, istilah "prokrastinasi" berasal dari kata Latin procrastinare yang memiliki arti menunda sampai besok. Namun, prokrastinasi lebih dari sekadar menunda-nunda. Faktanya, 95 persen manusia menunda-nunda pekerjaan mereka sampai di tingkat tertentu. Hal ini memang mengatakan masih banyak orang yang melakukan prokrastinasi.
Seringkali kita sudah berencana untuk menyelesaikan suatu hal, tetapi saat suara notifikasi dari hp kita terdengar, kita otomatis tertarik melihat apa isi dari notif tersebut dan tidak terasa telah meninggalkan pekerjaan yang sedang kita lakukan. Ketika kita menunda-nunda, kita menyadari bahwa kita menghindari tugas yang kita lakukan dan itu adalah ide yang buruk . Tapi kita tetap melakukannya.
Apakah mood mempengaruhi prokrastinasi?
Menunda-nunda bukanlah masalah kepribadian atau penyakit misterius terhadap kemampuan dalam mengatur waktu, tetapi merupakan cara untuk mengatasi emosi yang menantang, suasana hati negatif yang dipicu oleh tugas-tugas tertentu dan menyebabkan kebosanan, kegelisahan, rasa tidak aman, frustasi, kebencian, keraguan diri, serta banyak lagi.
Hal ini dapat dipicu oleh sesuatu yang pada dasarnya tidak menyenangkan dari tugas itu sendiri, misalnya Anda harus membersihkan lemari pakaian yang berantakan atau menyusun spreadsheet yang panjang dan membosankan untuk pekerjaan Anda. Namun, hal ini juga dapat dipicu oleh emosi yang lebih dalam terkait pekerjaan, seperti keraguan diri, percaya diri yang rendah, kecemasan, atau rasa tidak aman.
Kita seringkali pesimis dengan kemampuan diri sendiri. Melihat dokumen kosong, Anda mungkin berpikir bahwa saya tidak cukup cerdas untuk menulis ini. Bahkan jika saya pintar, apa yang akan dipikirkan orang tentangnya? Menulis itu sangat sulit. Bagaimana jika saya melakukan pekerjaan yang buruk?
Semua ini mungkin membuat kita berpikir bahwa sebaiknya kita mengesampingkan kertas dan melakukan hal lain.