Hari sedikit berawan, kami berjalan di trotoar jalan taman siswa, dari kejauhan terlihat sebuah rumah kuno, didepan rumah tersebut ada sebuah kios kecil bertuliskan jus buah, kami melangkah kedalam, ratusan kursi dipajang di rumah kuno tersebut dengan berbagai model. Menunggu untuk dibeli oleh pelanggan
Nampak seorang yang sudah tidak muda lagi berdiri di lorong sambil memegang sebuah catatan. Haji sumini, seorang yang dulunya penjual bumbu di pasar, dengan kegigihannya beliau bisa merambah ke dunia per-mebelan. mulanya beliau menitipkan barang dari orang orang ke salah satu kerabatnya, lambat laun usaha tersebut semakin laris.
Dengan modal awal dahulu sekitar 300.000 rupiah, beliau memberanikan diri untuk bergelut di dunia mebel, pada awal karirnya, beliau menjajakan kursi nya di depan rumah, pagi hingga siang. Sambil meyakinkan orang orang yang lewat di jalan tersebut. Memang tidak mudah ujarnya "yo kesel mas. Mebendino panas panasan. Tapi rejeki kudu di goleki".
Namun jerih payahnya membuahkan hasil pada tahun 1995, berkat hasil kerja kerasnya, beliau mempunyai link pelanggan hingga jawa barat "kadang sing sering beli itu dari bandung mas, satu atau dua truk". Pernah usaha beliau hampir bangkrut lantaran peminatnya yang semakin mengurang. Beliau mencari tambalan dari bank dan sebagainya. hingga hanya untuk makan pun hampir tidak bisa. Terlilit hutang bank, dan juga ke beberapa orang. Namun dengan kegigihannya beliau mencoba mempertahankan usahanya tersebut
beliau berdoa kepada sang maha kuasa dan ber tawassul ke makam wali setiap malam jumat. Beiau juga mencoba peruntungan lain. Membuka kios yang menjajakan jus dan ayam geprek. Sedikit bisa membantu finansialnya. "rezeki itu muter, wes onok sing ngatur, tinggal kita mau menjemputnya apa tidak" tuturnya.
Beliau menuturkan omset keseluruhan dari usaha mebelnya senilai 350 juta. Sekarang di usia senjannya. Beliau tinggal menikmati jerih payahnya "yo kadang ngeloh nang. Nek iling mbiyen rekoso koyok piye." ujarnya.Â
Meskipun akhir akhir ini pembeli menurun. Namun mbah sumini tetap optimis bisa menjaga eksistensi usahanya "ndek mbiyen wes tau ngelakoni ngeneki nang, saiki yo mestine iso" ujarnya sambil tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H