Kebohongan lancar mengalir dari mulut-mulut orang. Mereka tanpa ragu mengalirkan itu kepada orang terdekatnya. Kebohongan berbentuk bintik kecil hitam seperti tahi lalat Nenek yang hinggap di atas bibirnya. Dan asal kautahu, dunia ini berwarna hitam, pekat. Terlalu banyak warna hitam sampai-sampai kejujuran yang putih tertutup menjadi keabuan.Â
Janji-janji manis terlalu manis untuk ditelan sebagai kudapan. Maka orang-orang menjadikannya makanan pokok. Kerancuan yang muncul dari liukan lidah orang seolah terlihat benar dan sempurna.Â
Telingaku muak mendengar omongan hitam dari orang yang paling ingin kuberi kepercayaan. Oh, wahai, mengapa kau berbohong? Kau bisa mengatakan kejujuran padaku sembari berpesan agar merahasiakannya.Â
Kata kepercayaan terlahir untuk mendampingi orang jujur. Kau bisa mengalirkan kejujuran padaku sembari kuberi kau kepercayaan.Â
Dan wahai, siapa orang yang kuberi kepercayaan dan tetap berbohong? Apa perlu kuhitung berapa kali kau berbohong padaku?
Aku tersenyum mual. Dia terlalu manis untuk kebohongan-kebohongan yang ingin dipercaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H