Kedua: logos. Logos ditentukan oleh alasan. Ide lebih baik disajikan dengan kata-kata karena suatu alasan. Akal adalah pemikiran, kemampuan intelektual, atau pemahaman yang mendalam.
Ketiga: etika. Moralitas berarti sikap, budi pekerti, tingkah laku, budi pekerti. Untuk menjadi pembicara yang sukses, pembicara harus mempunyai sikap, gaya, tingkah laku dan kepribadian yang dapat menjamin bahwa pesan yang disampaikan dapat dipercaya oleh khalayak.
Retorika erat kaitannya dengan ilmu komunikasi karena sama-sama mengacu pada interaksi manusia, baik proses pengiriman pesan dari pembicara, penerimaan pesan dari pendengar, maupun pengolahan pesan melalui media tertentu.
Bahasa juga ada hubungannya dengan psikologi. Terutama psikologi pembicara dan pendengar. Hubungan antara segala sesuatu terdapat pada objeknya, yaitu pada tingkah laku dan pikiran orang tersebut. Epistemologi mencakup sains dan sains terapan. Ketika seseorang berpidato, sebenarnya yang terjadi bukan hanya proses verbal, namun juga proses psikologis.
Kenyataannya, pernyataan ini dapat diulangi dalam banyak cara. Pertama, bahasa sehari-hari atau biasa disebut bahasa guru cenderung memberi informasi dan mendidik. Wacana kedua politisi tersebut secara umum meyakinkan. Ketiga, wacana pemerintah cenderung menginformasikan dan membujuk.
Tingkatan batas dari retorika yang meliputi pengertian, bentuk-bentuk ilmu pengetahuan, filsafat dan penerapan praktisnya, benda-benda, bagian-bagiannya serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI