Mohon tunggu...
Muhamad Syaugi
Muhamad Syaugi Mohon Tunggu... -

Selama masih hidup...berarti masih punya mimpi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dipepet Pengendara Motor Wanita

21 Oktober 2011   06:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:41 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah dosa apa yang telah meninpaku, dalam sehari 3 kali dipepet secara brutal oleh pengendara motor wanita. Ini sebuah kenyataan pahit yang harus ditelan dengan penuh keterpaksaan. Pengalaman paling buruk yang pernah saya alami selama 19 tahun mengendarai motor, terjadi pada tanggal 11 Oktober 2011.

Kalau dipepet oleh angkutan umum, itu sudah lumrah. Kalau pun sedang tak nyaman hati, ketika dipepet angkutan umum paling banter ribut dengan supirnya. Tapi ketika dipepet pengendara motor wanita, dan anda membuka helm dan melirik pengendara lain. Hadooo...hhh, pasti anda menemukan raut wajah pengendara itu tersenyum dengan penuh arti.

Kejadian pertama ketika melewati Universitas Terbuka, Pondok Cabe. Seperti biasanya, para pengendara berebut tempat untuk tetap melaju. Sedangkan bagian kiri terdapat selokan yang cukup lebar dan dalam. Disanalah titik awal kasus dipepet pertama kali, terdapat dua pilihan menginjak rem atau sama-sama jatuh ke selokan.

Bagian kedua, ketika didepan pintu masuk Pelita Air Service. Saat itu, beberapa kendaraan memberikan ruang untuk sebuah mobil yang akan masuk ke Pelita Air Service. Saya dalam posisi sudah menginjak rem dan berada disebelah kiri. Tapi sekonyong-konyong sebuah motor muncul diantara sela mobil, dan dengan sigap memotong jalan tanpa melihat kiri kanan dan perlahan. Mau tak mau dan tak terelakkan sidikit terjadi benturan, akibatnya pengendara motor wanita tersebut membuka tutup helmnya. Dengan mata melotot berkata "Bapak bisa pakai motor nggak sih!", saya kan jadi bingung untuk menjawabnya. Otak langsung berpikir keras sebenarnya yang salah dalam hal ini saya atau dia. Beruntung ada pengendara lain yang berkomentar " Cuekin aja Pak, perempuan biasa seperti itu."

Bagian ketiga, saat akan masuk jl. Cabe V. Sudah menjadi kebiasaan dan kewajiban setiap berpindah lajur atau pun berbelok menyalakan lampu sign, juga memperlambat kecepatan. Pada saat itu karena dari arah berlawanan masih cukup padat, saya masih pada lajur. Setelah memungkinkan untuk berbelok baru saya memajukan kendaraan, tidak lupa untuk melihat dari spion kendaraan dari belakang dan samping. Tapi kembali, pengendara wanita yang tidak sabaran menyalip tepat didepan dan menyenggol ban depan. Beruntung saya dan pengendara tersebut tidak terjatuh. alih-alih berhenti untuk meminta maaf, menoleh saja tidak. Pengendara wanita itu terus melaju dengan cukup cepat.

ohh...wanita. Dimanakah engkau belajar mengendarai motor? diajari oleh siapa, hingga melaju dengan berutal. Bak supir angkot yang melaju mengejar setoran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun