Model kepemimpinan yang kedua adalah pemimpin genthong. Genthong adalah gentong, yaitu seperti tampayan besar yang terbuat dari tanah liat dan biasanya dijadikan sebagai tempat menyimpan air. Genthong tidak bisa menuangkan air, tapi gelas atau cangkir atau gayung yang harus dimasukkan ke dalam untuk mencedok airnya. Dari sinilah filosofi dibangun: pemimpin genthong adalah pemimpin yang lebih suka didatangi rakyatnya.Â
Pemimpin model genthong ini dianggap kurang baik dalam kebudayaan Madura. Pemimpin model ini seperti sok jual mahal, padahal sama rakyatnya sendiri, seperti kurang peduli. Meskipun demikian, seburuk apapun citra pemimpin genthong dalam kebudayaan Madura, ia tetap tidak akan lari ketika didatangi rakyatnya. Walaupun yang datang adalah ribuan massa seperti massa aksi damai 411, ia tetap akan menemui dan memberikan apa yang memang dibutuhkan rakyatnya.
Pak Jokowi, kira-kira seperti itu filosofi kepemimpinan di Madura, yang memang terlahir dari nilai-nilai kearifan masyarakatnya yang luar biasa. Namun sayang, di Madura sendiri banyak para pemimpinnya yang kurang mengerti akan filosofi ini. Mereka mungkin terlalu sering membaca buku-buku komik buatan Jepang, atau buku-buku sejarah Amerika dan Eropa sampai lupa belajar pada buku pusaka kebudayaan peninggalan nenek moyang sendiri. Aku begitu mencintaimu pak presiden, salam hangat dari Madura!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H