Mohon tunggu...
Syarwini Syair
Syarwini Syair Mohon Tunggu... Petani - Pegiat Lingkungan Hidup

Seorang petani Madura yang selalu belajar membajak dan mencangkul tanah kebudayaan untuk menanam kembang kearifan. Hidup dengan prinsip: tombu atina kembang, ngalotor atina ro'om!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seharusnya Pak Jokowi Belajar Filosofi Pemimpin Madura

21 November 2016   22:29 Diperbarui: 24 November 2016   06:08 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model kepemimpinan yang kedua adalah pemimpin genthong. Genthong adalah gentong, yaitu seperti tampayan besar yang terbuat dari tanah liat dan biasanya dijadikan sebagai tempat menyimpan air. Genthong tidak bisa menuangkan air, tapi gelas atau cangkir atau gayung yang harus dimasukkan ke dalam untuk mencedok airnya. Dari sinilah filosofi dibangun: pemimpin genthong adalah pemimpin yang lebih suka didatangi rakyatnya. 

Pemimpin model genthong ini dianggap kurang baik dalam kebudayaan Madura. Pemimpin model ini seperti sok jual mahal, padahal sama rakyatnya sendiri, seperti kurang peduli. Meskipun demikian, seburuk apapun citra pemimpin genthong dalam kebudayaan Madura, ia tetap tidak akan lari ketika didatangi rakyatnya. Walaupun yang datang adalah ribuan massa seperti massa aksi damai 411, ia tetap akan menemui dan memberikan apa yang memang dibutuhkan rakyatnya.

Pak Jokowi, kira-kira seperti itu filosofi kepemimpinan di Madura, yang memang terlahir dari nilai-nilai kearifan masyarakatnya yang luar biasa. Namun sayang, di Madura sendiri banyak para pemimpinnya yang kurang mengerti akan filosofi ini. Mereka mungkin terlalu sering membaca buku-buku komik buatan Jepang, atau buku-buku sejarah Amerika dan Eropa sampai lupa belajar pada buku pusaka kebudayaan peninggalan nenek moyang sendiri. Aku begitu mencintaimu pak presiden, salam hangat dari Madura!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun