Revolusi Industri yang selalu berkembang mulai tahun 1780 hingga saat ini terus berubah secara signifikan. Tidak bisa dipungkiri, peran santri dalam pencatatan sejarah di NKRI tidak bisa dianggap begitu saja. Lahirnya Hari Santri merupakan sebuah anugrah bahwa ada pahlawan yang sangat berjasa terlahir dari darah santri.Â
Dimulai dengan Revolusi Industri 1.0 yaitu revolusi Mekanisasi yang berproduksi industri dengan menggunakan uap hingga sekarang di era Revolusi Industri Digitalisasi 4.0 yaitu penggunaan perangkat yang saling terhubung dengan Internet of Things (IoT) menjadi tantangan tersendiri bagi Santri untuk menghadapi masa depan yaitu Era Society 5.0 yang berfokus kepada Personalisasi memanusiakan manusia dengan teknologi.Â
Cukup menarik menjadi perhatian saat ini, belajar dari sejarah bahwa peran santri yang teramat signifikan dahulu menjadikan cerminan peran santri di saat ini apa yang menjadi landasan agar santri tetap bisa berkontribusi di era 4.0 ini dan bisa mempersiapkan di era society 5.0. Hal ini bukan hanya menjadi wacana belaka akan tetapi menjadi tantangan tersendiri untuk santri di saat ini bisa berkontribusi lebih terhadap NKRI atau bahkan arus kehidupan dunia.Â
Figur seorang santri adalah memiliki pandangan hidup tentang seluruh sistem kepercayaan dan keyakinan. santri juga bisa disebut manusia lahir dan batin. istilah ini muncul karena santri percaya bahwa manusia terdiri dari dua dimensi tak terpisahkan yaitu dimensi lahir dan batin. Dua dimensi ini saling keterkaitan dengan aspek kehidupan indrawi dan moralitas serta spiritualitas.
Santri memiliki peran strategis dalam menghadapi Revolusi Industri. Santri dituntut bisa beradaptasi dalam mengintegrasikan pengetahuan agama dengan kemajuuan teknologi. Melihat pendidikan pesantren saat ini dalam mempersiapkan agen perubahan sosial, Pesantren perlu terus beradaptasi dengan memasukkan literasi digital dengan teknologi sebagai bagian dari kurikulum.Â
Bukan menjadi hal yang mustahil karena sesuai dengan ajaran Rasulullah bahwa mendidik sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini menjadi landasan dasar bahwa santri tidak boleh menutup mata terhadap perkembangan zaman. karena dunia terus bekerja dan mengeluarkan tatanan sosial dan kebudayaan baru menjadikan santri harus lebih peka terhadap sekitar. Mulai dari landasan pendidikan agama, santri diharapkan bisa beradaptasi dengan globalisasi tanpa menguarangi nilai-nilai agamis sesuai ajaran Islam.
Dalam memasuki era revolusi 4.0 ini santri harus mampu terbuka dalam menghadapi tantangan kemajuan teknologi, dan bertahan serta beradaptasi dengan cara memiliki 21 Century Skill yaitu Critical Thingking, Creatifity, Collaboration, Comunication and Hold fast to The Creed.
Dalam Critical Thingking, santri haruslah kritis dalam mengahadapi dunia. Belajar mengamati sekitar dan mempertanyakan serta memahami setiap permasalahanan sehingga bisa memunculkan gagasan dan solusi.
Creativity atau kreativitas seorang santri harus ditunjukkan agar bisa membuat terobosan dan menemukan sesuatu yang baru, karena kreativitas pula santri dapat memiliki daya saing dalam revolusi industri
Collaboration, seorang santri perlu berkolaborasi dengan orang yang berlatar belakang berbeda. hal ini dapat menggali pengalaman dan pengetahuan yang sebelumnya tidak tersentuh didalam dunia pesantren.Â
Communication, santri juga dituntut memiliki retorika komunikasi andal. Keterampilan komunikasi seperti public Speaking dan komunikatif dalam berinteraksi sangat menjadi dasar dalam kecakapan revolusi industri