Mohon tunggu...
Syarwan Rafdhy
Syarwan Rafdhy Mohon Tunggu... Novelis - I know that I dont know

https://web.facebook.com/syarwan.rafdhy/ https://www.instagram.com/syarwan_rafdhy/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membuktikan

20 Oktober 2021   11:11 Diperbarui: 20 Oktober 2021   11:15 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Panas yang amat menyengat memasuki ruang kamar

Kipas yang terus berputar seperti tak mempunyai arti

Bahkan tak ada rasa hembusan angin yang keluar

Hingga terbangun dengan keringat yang membasahi

Detik jam yang terus berputar

Berdetak mengelilingi tanpa henti

Kesunyian amat terasa disekitar

Membuat makna lebih pada diri ini

Ahh, sudahlah ...

Untuk apa aku terus memikiri

Caci maki yang datang bertubi-tubi

Hanya kan ada rasa sakit yang menyelimuti 

Bahkan rasa takut pada keramaianpun menghampiri

Membuat kenyamanan dalam kesunyian hari

Seperti rasa lebih nyaman dalam keadaan sendiri

Setiap hari ...

Iya, setiap hari ia lontarkan caci maki

Tak henti-henti ia mem-bully pada diri ini

Tak ada belas kasih yang ia beri

Datang mengahmpiri hanya tuk melontarkan maki

Tertawa senang lalu Kembali pergi

Seperti makhluk yang tak mempunyai hati

Kemana itu?

Kemana itu letak hati Nurani

Mencaci orang seperti tak terbebani

Amat ringan bibir itu tuk mencaci

Mem-bully tak henti-henti

Sungguh, hati ini sangat amat tersakiti

Aku tahu kawan ...

Ku tahu bahwa aku jauh dari kata sempurna

Dan diri ini tak mempunyai apa-apa

Hidup dengan kesederhanaan saja

Kekurangan yang ada dimana-mana 

Dengan kekurangan ini ku kan berusaha

Membuktikan apa yang aku bisa

Bahwa kau salah dengan apa yang kau kata

Walau kata mustahil selalu ada di kepala

Tapi setidaknya aku berusaha

Masalah hasil tuhan yang lebih kuasa

Ohh tuhan ...

Kau kan menjadi saksi atas apa yang ku kata

Walau butuh pengorbanan yang tak ku kira

Tapi aku yakin kau kan selalu ada

Dalam usaha dan setiap do'a

Setiap langkah ku yakin ada berkah

Berjalan menuju satu arah

Sedikit demi sedikit ku melangkah 

Untuk membuktikan apa yang ia ucap itu salah

Ku yakin bahwa aku bisa membuktikan-nya wahai pencercah

Bersiaplah kau wahai manusia yang tak mempunyai nurani

Orang yang ter-bully ini kan memberi sebuah bukti

Bahwa bully-an mu tak jauh beda dengan kotoran Babi

Tertawalah sekarang kau wahai pencaci

Berkatmu ada hal yang membuatku termotivasi

Dan semangat itu selalu datang menghampiri  

Kau salah! 

Kau amat sangat salah wahai pencaci

Kan ku beri bukti di suatu hari nanti,

Camkan itu wahai makhluk tak berhati nurani!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun