Muhammad dan Al-Qur'an: Satu Jalan Spiritualitas
Ummul Mukminin Siti Aisyah Radhiallahu 'Anha mengibaratkan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam sebagai Al-Quran yang berjalan. Ini menggambarkan betapa seluruh perilaku dan akhlak Nabi adalah cerminan dari nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran. Dengan demikian, setiap tindakan Nabi Muhammad tidak terlepas dari ajaran suci yang diturunkan melalui wahyu.
Perilaku Nabi Muhammad yang dipenuhi dengan kasih sayang, kejujuran, dan keadilan merupakan contoh nyata dari ajaran Al-Quran. Dalam berbagai aspek kehidupannya, Nabi menunjukkan bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim. Keteladanan ini membantu umatnya memahami bahwa Al-Quran bukan sekadar teks, melainkan pedoman hidup yang harus diterapkan sehari-hari. Siti Aisyah, sebagai saksi hidup, menyaksikan langsung bagaimana Nabi mengamalkan ajaran tersebut.
Lebih dari sekadar perkataan, perilaku Nabi Muhammad meliputi interaksi sosial, cara beribadah, dan penyelesaian masalah. Sebagai tokoh sentral dalam masyarakat, Nabi menggambarkan bahwa nilai-nilai Al-Quran harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Ini mengajarkan umatnya untuk tidak hanya membaca Al-Quran, tetapi juga merasakannya dan mengamalkannya. Siti Aisyah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan betapa pentingnya mengikuti jejak Nabi.
Siti Aisyah juga menekankan bahwa salah satu kekuatan Nabi terletak pada kemampuannya untuk memahami dan menerapkan ajaran Al-Quran dalam konteks yang relevan. Ia menjelaskan bahwa Nabi tidak hanya mengikuti wahyu, tetapi juga beradaptasi dengan situasi yang dihadapinya. Ini menunjukkan bahwa ajaran Al-Quran bersifat universal dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan.
Dengan menggambarkan Nabi Muhammad sebagai Al-Quran yang berjalan, Siti Aisyah menekankan pentingnya meneladani perilaku Rasulullah. Umat Islam diajak untuk menjadikan Nabi sebagai panutan dalam setiap tindakan, sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik. Ini menegaskan bahwa perjalanan hidup Nabi adalah contoh terbaik bagi umat manusia, sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Al-Quran.
Lothrop Stoddard, seorang penulis Amerika Serikat, menulis buku berjudul The New World of Islam. Buku ini, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Dunia Baru Islam, memberikan perspektif yang mendalam tentang kebangkitan Islam. Saran dari Presiden Soekarno untuk menambahkan bab tentang perkembangan Islam di Indonesia menunjukkan relevansi dan pentingnya tema ini dalam konteks lokal.
Stoddard menyatakan bahwa kebangkitan Islam di bawah Nabi Muhammad adalah peristiwa menakjubkan dalam sejarah umat manusia. Dalam waktu singkat, Islam berhasil menyebar ke hampir separuh dunia dan mengubah pola pikir banyak bangsa. Ini menunjukkan kekuatan ide dan nilai-nilai yang dibawa oleh Islam.
Nabi Muhammad lahir di Makkah pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (571 M). Setelah hijrah ke Madinah, masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Nabawi, yang menjadi pusat dakwah dan pembinaan umat. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan sosial.
Prof. Athiyah Al-Abrasyi menggambarkan Nabi Muhammad dengan sifat-sifat luhur yang menggabungkan keberanian, kepemurahan, kesabaran, dan keteguhan. Dalam pribadi Nabi, terdapat berbagai sifat mulia yang menjadi teladan bagi umat manusia. Ini menunjukkan betapa komprehensifnya karakter Nabi dalam mewujudkan akhlak yang baik.