Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Krisis Mental: Mengapa Anak Muda Memilih Jalan Bunuh Diri?

21 Januari 2025   15:05 Diperbarui: 21 Januari 2025   15:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berhati-hatilah, sebab jatuh cinta adalah cara bunuh diri yang paling banyak muslihatnya (dok. Abi Thayer)

Krisis Mental di Kalangan Remaja: Mengapa Bunuh Diri Menjadi Pilihan?

Kondisi anak muda saat ini memprihatinkan. Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat dikejutkan oleh meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan remaja. Pertanyaan yang muncul adalah: mengapa hal ini terjadi? Tulisan ini bertujuan untuk membahas penyebab utama dari fenomena yang meresahkan ini.

Kasus bunuh diri di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Menurut data dari Into The Light Indonesia, pada tahun 2024 saja tercatat 826 kasus bunuh diri. Namun, jumlah ini diyakini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan angka sesungguhnya, yang mencerminkan adanya stigma negatif terhadap keluarga korban.

Konselor dari Into The Light, Rizky Iskandar Sopian, menjelaskan bahwa fenomena bunuh diri seperti gunung es; banyak kasus yang tidak terlaporkan. Stigma sosial menyebabkan keluarga merasa takut untuk mengungkapkan bahwa mereka pernah mengalami tragedi ini. Hal ini mengakibatkan tingginya angka under reporting yang mencapai 300 persen.

Di Indonesia, banyak kasus bunuh diri terjadi di kalangan pelajar. Berbagai faktor mendasari, termasuk bullying dan beban akademik yang tinggi. Rizky menekankan bahwa tekanan akademis menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya keinginan bunuh diri di kalangan anak muda.

Tekanan akademis bukanlah hal baru. Harapan tinggi dari orang tua dan lingkungan sekitar dapat menciptakan stres yang berlebihan. Remaja merasa terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis, sehingga memicu rasa putus asa dan keinginan untuk mengakhiri hidup.

Masalah kesehatan mental juga menjadi faktor yang signifikan. Depresi dan kecemasan adalah gangguan yang umum terjadi, dan sering kali tidak terdeteksi. Upaya untuk mengidentifikasi masalah kesehatan mental ini sangat penting agar tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih awal.

Tekanan sosial di era modern, terutama di media sosial, dapat memperburuk keadaan. Remaja merasa tertekan untuk diterima oleh kelompok sebaya, yang sering kali mengarah pada perbandingan sosial yang merugikan. Ketidakpuasan terhadap diri sendiri dapat meningkatkan risiko bunuh diri.

Perundungan, baik secara fisik maupun daring, juga berkontribusi pada masalah ini. Korban bullying sering kali merasa terisolasi dan tidak memiliki dukungan, yang memperburuk kondisi mental mereka. Lingkungan yang tidak aman membuat mereka semakin tertekan.

Masalah keluarga, seperti perceraian atau konflik, dapat menjadi pemicu utama perasaan putus asa. Ketidakstabilan di rumah dapat mengganggu kesejahteraan emosional, membuat anak muda merasa tidak ada tempat untuk berlindung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun