Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Cinta atau Bisnis? Belis di NTT dan Dilema Harga

14 Januari 2025   06:13 Diperbarui: 14 Januari 2025   06:13 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nona Belu dalam balutan pakaian adat yang anggun (dok. clarisejenifer)

Di Sikka, mahar yang cukup unik adalah gading gajah. Calon pengantin pria harus menyiapkan sejumlah gading dengan ukuran yang bervariasi. Ini mencerminkan nilai dan prestise yang tinggi, dengan harga per gading yang bisa mencapai puluhan juta.

Di Flores Timur, belis juga mencakup hewan ternak dan barang hantaran. Negosiasi mengenai panjang gading yang diminta sering kali menjadi bagian dari tradisi yang menarik. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang dua individu, tetapi juga melibatkan dua keluarga.

Daerah Belu mengenal dua sistem perkawinan: patrilineal dan matrilineal. Dalam sistem patrilineal, belis yang disiapkan terdiri dari berbagai benda berharga, mencerminkan kekayaan dan status sosial mempelai pria.

Di Manggarai, belis untuk wanita bisa mencapai ratusan juta. Hal ini bergantung pada status sosial dan pendidikan mempelai wanita. Semakin tinggi statusnya, semakin tinggi juga belis yang harus disiapkan.

Di Alor, belis berbentuk Moko, benda bersejarah yang terbuat dari perunggu. Moko ini bisa sangat mahal, dan sering kali dibayarkan dalam bentuk cicilan. Hal ini menegaskan bahwa tradisi belis bisa menjadi beban finansial bagi banyak keluarga.

Di Rote, belis terdiri dari hewan ternak dan uang tunai. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun setiap daerah memiliki keunikan tersendiri, intinya tetap pada penghargaan dan komitmen yang ditunjukkan melalui belis.

Kendati belis merupakan simbol penghargaan, biaya yang tinggi sering menjadi tantangan tersendiri bagi banyak orang. Beberapa pria bahkan sampai mencari pekerjaan di luar negeri untuk memenuhi kewajiban belis ini. 

Meskipun ada tantangan, tradisi belis tetap tidak terhindarkan. Ini menjadi bagian dari identitas dan budaya masyarakat NTT. Masyarakat percaya bahwa belis bukan hanya sekadar barang, melainkan juga benda keramat yang memiliki makna mendalam.

Praktik belis sering kali melibatkan transaksi yang berputar, di mana belis yang diberikan kepada calon mempelai pria bisa berasal dari warisan atau dijual kembali oleh keluarga. Ini menunjukkan dinamika sosial yang kompleks dalam masyarakat.

Tradisi Belis: Romansa atau Pamer Kekayaan?

Dalam beberapa kasus, pria yang merasa kesulitan dengan biaya belis terkadang mencari cara untuk menurunkan biaya tersebut. Namun, hal tersebut sering kali melanggar norma kesusilaan dan bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun