Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Semua Aku Dipajakkan (12%)

20 Desember 2024   04:31 Diperbarui: 20 Desember 2024   04:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa aksi melakukan demonstrasi di seberang Istana Merdeka memprotes kenaikan PPN 12 persen | Sumber foto: X/tang_kira (Bintang)

Dalam hiruk-pikuk demonstrasi di seberang Istana Merdeka, massa aksi melontarkan protes yang lebih mirip musik rock daripada suara rakyat. "PPN 12 persen? Itu seperti menambah garam pada luka!" teriak salah satu pengunjuk rasa. Sangat jelas, mereka tidak hanya menolak pajak, tetapi juga menggoyang hati para menteri yang tampak kaku seperti patung.

Di tengah suasana itu, Ketua Serikat Gen Z beraksi dengan lightstick di tangan, seolah sedang di konser musik pop. "Kalau PPN naik, berarti harga barang bakal naik!" serunya sambil berusaha menarik perhatian para menteri yang sepertinya lebih tertarik pada catatan kebijakan ketimbang suara rakyat. Ini adalah pertunjukan teater absurd, di mana para pengunjuk rasa adalah aktor yang menuntut peran yang lebih adil dalam drama pemerintahan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, muncul dengan penjelasan yang bikin kepala pusing. "Paket ini dirancang untuk melindungi masyarakat!" katanya dengan nada seolah sedang menjelaskan cara merakit furnitur IKEA. Namun, para pengunjuk rasa lebih suka bertanya, "Melindungi masyarakat atau melindungi dompet yang sudah tipis?"

Setiap kali Airlangga berbicara tentang insentif fiskal, suara massa semakin keras. "Apa itu insentif? Apakah itu makanan ringan di tengah perjalanan yang melelahkan?" tanya seorang ibu sambil mengangkat poster dengan tulisan yang lebih mendalam daripada pidato para menteri.

Dengan kenaikan PPN yang resmi menjadi 12 persen, para pengunjuk rasa menganggapnya sebagai bencana. "Hidup dengan PPN 11 persen saja sudah sulit, apalagi jika ditambah lagi!" ungkap seorang mahasiswa sambil menggelengkan kepala. Ironisnya, semua pembicaraan tentang insentif seolah hanya menambah bumbu pada hidangan pahit yang sudah ada.

Telah Hilangnya Kemanusiaan Dan Demokrasi Di Indonesia.

Menaikkan Pajak Tanpa Memberantas Kemiskinan Adalah Kejahatan Negara!

Kenaikan PPN 12 persen dijanjikan akan menyasar barang-barang mewah. Namun, siapa yang mendefinisikan barang mewah itu? "Apakah daging wagyu lebih mewah daripada daging ayam biasa?" tanya seorang pengunjuk rasa sambil tertawa canggung. Keduanya tetap mahal bagi mereka yang hidup di batas kebutuhan.

Ketika pemerintah mengklaim bahwa barang kebutuhan pokok akan dikecualikan dari PPN, banyak yang bertanya-tanya, "Apa itu barang kebutuhan pokok versi pemerintah?" Sepertinya, ada semacam katalog rahasia yang hanya bisa diakses oleh mereka yang berada di balik meja.

Panjang Umur Perjuangan | Sumber foto: X/LinoLilo(lilo)
Panjang Umur Perjuangan | Sumber foto: X/LinoLilo(lilo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun