"Jalani hidupmu seolah-olah semuanya dirancang untuk kebaikanmu," ujar Rumi. Namun, bagaimana jika kenyataan terasa sebaliknya? Kadang, hidup ini lebih mirip teka-teki yang tidak memiliki solusi.
Waktu telah mengajarkan kita banyak hal. Namun, seiring bertambahnya usia, kita justru menjadi lebih bingung. Apa yang kita pelajari sering kali bertentangan dengan apa yang kita rasakan.
Begini rasanya hidup sekadar bertahan. Seperti robot yang diprogram untuk menjalani rutinitas harian. Bangun, bekerja, makan, sholat, tidur. Rutinitas itu membawa kita ke dalam kebosanan yang mendalam.
Setiap hari kita hanya memikirkan hari esok, seolah hidup ini adalah sebuah perlombaan. Kita berlari tanpa tahu ke mana tujuan akhir kita. Apakah kita benar-benar hidup, atau hanya menjalani hari-hari tanpa makna?
Kita sering berpikir, "Yang penting hari ini selesai." Namun, apakah hidup hanya sekadar menyelesaikan hari? Atau seharusnya kita mencari makna di balik setiap detik yang kita jalani?
Saat kita mulai menyadari, pertanyaan tentang pilihan hidup pun muncul. Mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan? Apakah kita hidup untuk orang lain, ataukah untuk diri kita sendiri?
Ada momen-momen yang mengubah hidup kita selamanya. Sayangnya, sering kali kita baru menyadari dampaknya setelah orang tersebut pergi. Kenangan indah yang ditinggalkan menjadi pelajaran berharga tentang betapa berharganya waktu yang kita miliki.
Perpisahan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup. Setiap perpisahan mengajarkan kita untuk lebih menghargai. Namun, kita sering kali terjebak dalam kesedihan, alih-alih melihat hikmah yang bisa kita ambil.
Pada akhirnya, hidup bukan hanya tentang pertemuan dan perpisahan. Hidup adalah perjalanan yang penuh warna---ada suka, duka, tawa, dan air mata. Mari kita nikmati setiap momennya, karena setiap detik itu sangat berharga.
Paji Hajju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H