Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Stoikisme: Seni Menghadapi Ketidakberdayaan dan Kebebasan di Era Konsumerisme

28 November 2024   20:36 Diperbarui: 28 November 2024   21:06 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Are you free? | sumber foto: pinterest/Maddy

Stoikisme tetap relevan hingga hari ini karena ajarannya tentang kebajikan, pengendalian diri, dan ketenangan batin dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan modern. Dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks, banyak orang menemukan inspirasi dalam ajaran Stoik untuk mengelola stres dan mencapai kesejahteraan mental. Konsep-konsep ini membantu individu untuk berfokus pada hal-hal yang dapat mereka kendalikan, alih-alih terjebak dalam kekhawatiran yang tidak produktif.

Salah satu ajaran utama Stoik adalah penerimaan terhadap hal-hal yang berada di luar kendali kita. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, prinsip ini memungkinkan kita untuk mengalihkan perhatian dari hal-hal yang tidak bisa diubah dan lebih fokus pada tindakan serta reaksi kita sendiri. Dengan menerapkan ketenangan batin, kebijaksanaan praktis, dan pengendalian diri, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang dan bermakna, meskipun di tengah berbagai tantangan yang ada.

Stoikisme, sebagai aliran filsafat yang telah memberikan dampak besar sepanjang sejarah, terus memberikan panduan berharga bagi banyak orang. Dari pemikiran Zeno dari Citium hingga refleksi Marcus Aurelius, ajaran Stoik telah membantu individu menemukan ketenangan batin dan kebahagiaan sejati. Di tengah dunia yang semakin kompleks dan penuh tekanan, prinsip-prinsip Stoikisme menawarkan jalan untuk menjalani kehidupan yang baik dan bermakna, menjadikan ajarannya tetap relevan hingga kini.

Dalam menghadapi berbagai siklus kehidupan, sering kali manusia dihadapkan pada situasi yang sulit. Hal ini memunculkan perasaan putus asa, khawatir, sedih, dan bahkan menangis. Rasa sedih sering kali muncul akibat kekecewaan ketika harapan tidak terwujud. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi prinsip stoikisme dalam hidup agar tidak terjebak dalam rasa resah dan gelisah akibat harapan yang tinggi namun tak kunjung tercapai. Kelebihan berpikir atau overthinking tentang masa depan bisa menghambat perkembangan diri menuju yang lebih baik.

Haidar Bagir, dalam bukunya Buku Saku Filsafat, menjelaskan bahwa stoikisme bukanlah agama atau filsafat spekulatif, melainkan pandangan hidup yang mendalam tentang emosi manusia dan kebahagiaan. Ajaran stoikisme berfokus pada emosi, di mana emosi negatif dianggap sebagai sumber ketidakbahagiaan.

Beberapa ajaran stoikisme yang dapat membawa ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup antara lain:

1. Mengakui bahwa hal buruk akan terjadi. Dalam pandangan ini, hal buruk merupakan bagian dari kehidupan. Ini sejalan dengan ajaran dalam Al-Qur'an, yang menyatakan bahwa dunia adalah tempat ujian. Sebagai orang beriman, kita akan diuji dengan berbagai cobaan. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155:

   "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."

Marcus Aurelius, salah satu tokoh Stoicisme dan kaisar terbesar Roma, mengajarkan pentingnya mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk dalam hidup. Prinsip "Lakukan yang Terbaik, Siapkan untuk yang Terburuk" menjadi panduan dalam menjalani kehidupan yang penuh ketidakpastian. Dengan membangun pola pikir yang tangguh, kita dapat mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi, sehingga lebih cenderung mengambil langkah-langkah preventif untuk menghindarinya.

Sisi positif dari stoikisme adalah ketika kita berhasil mencapai cita-cita, rasa syukur yang dirasakan akan jauh lebih besar karena hasilnya melebihi ekspektasi. Sebaliknya, jika hal buruk terjadi, kekecewaan yang dialami tidak akan terlalu menyakitkan, karena kita sudah mempersiapkan pikiran untuk menerima kemungkinan tersebut. Dengan demikian, stoikisme mengajarkan kita untuk tetap tenang dan bersyukur dalam setiap keadaan, baik yang menggembirakan maupun yang menantang.

2. Kontrol dan Ketidakkontrolan. Dalam hidup, ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada pula yang tidak. Epictetus menekankan pentingnya membedakan antara keduanya. Tugas utama kita adalah memahami perbedaan antara apa yang bisa dan tidak bisa kita kontrol. Ketika kita berusaha mengendalikan segala sesuatu yang berada di luar jangkauan kita, kita sering kali merasa gelisah dan cemas.

Sebenarnya, banyak hal yang tidak dapat kita ubah karena ada kehendak yang lebih besar dari diri kita. Dengan menyadari apa yang dapat kita kendalikan, kita bisa lebih fokus pada tindakan dan keputusan yang ada dalam jangkauan kita, sambil melepaskan beban dari hal-hal yang tidak bisa kita ubah.

3. Menerima Segala Sesuatu (Amor Fati) Epictetus juga mengajarkan bahwa harapan akan dunia memberikan apa yang kita inginkan sering kali berujung pada kekecewaan. Sebaliknya, jika kita bisa menerima apa pun yang diberikan oleh dunia, hidup kita akan menjadi lebih tenang. Prinsip ini, yang dikenal sebagai "Amor Fati" atau mencintai takdir, mengajak kita untuk menerima semua pengalaman, baik maupun buruk, sebagai bagian dari perjalanan hidup kita.

Dengan menerima kenyataan, kita dapat menemukan kedamaian dan kebijaksanaan, serta mengarahkan energi kita pada hal-hal yang benar-benar dapat kita pengaruhi.

Islam mengajarkan kita untuk meyakini segala ketetapan-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:

"Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." (QS: Al-Ahzab: 38)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun