Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ama Lake Lewotobi

5 November 2024   10:55 Diperbarui: 5 November 2024   13:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertahun purba

Di puncak itu kami merayakan Engkau

Yang lebih luas dari kawah api

Yang Lebih besar dari belerang panas

Yang lebih teduh dari guncangan gemuruh.

Kini asap tebal Kau kirim jadi isyarat

Lahar panas menyapu tanda 

Debu memburu di atas kabut

Barang kali lelah

Mungkin juga letih

Atau muram karena jenuh.

Jika demikian terjadi kami tahu 

Riwayat dulu pasti ada yang salah

Mungkin tenang mu diusik serakah

Mungkin damaimu di gaduh canda.

Kini amukmu mencekam gelisah

kami berlari mencari aduh

Menjadi asing di rumah sendiri 

Sebab rajut mu sepanjang itu

Adakah saat ini kami yang paling durhaka.

Kami sadar

sembah kami tak sempat saji

Barang sekerat hati dan setetes darah kurban

Sebab setinggi itu acuh kami.

Bila berkenan pulih sejenak

Biar perkasa mu lebih rindu di mata Ina wae cintamu

Agar tangis Bai dan ratap anak-anak cucumu menyentuh belas kasihanmu

Biar rayu kami menjadi sujud 

Dan tunduk kami menjadi ujud

Di bawa Koke bale dan lango Uma kuruk kawak

Darah hewan kurban ini kami sembelih UntukMu.

Ignas N. Hayon

Ledalero, 21 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun