Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Polemik Senioritas dalam Ospek Berkedok Kaderisasi

29 Oktober 2024   20:32 Diperbarui: 29 Oktober 2024   20:34 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detail gambar ilustrasi: Pabelan Online

Di dunia pendidikan tinggi, ospek atau orientasi mahasiswa baru sering menjadi perbincangan yang hangat. Salah satu isu utama yang muncul adalah praktik senioritas yang sering disamarkan sebagai kaderisasi. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai tujuan sebenarnya dari kegiatan tersebut.

Ospek dirancang untuk memperkenalkan mahasiswa baru kepada lingkungan kampus. Di sisi lain, kaderisasi adalah proses pembentukan karakter dan kepemimpinan. Namun, sering kali ospek dijadikan ajang untuk menunjukkan kekuasaan senior kepada junior, yang dapat mengaburkan tujuan awalnya.

Hubungan antara senior dan junior dalam konteks ospek sering ditandai dengan ketidakseimbangan kekuasaan. Senior merasa memiliki hak untuk mengatur dan mengontrol junior, sementara junior diharapkan untuk patuh. Hal ini menciptakan suasana yang tidak sehat dan berpotensi merugikan.

Praktik senioritas yang berlebihan dapat berdampak negatif pada mentalitas mahasiswa baru. Mereka mungkin merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi senior, yang dapat mengarah pada stres dan kecemasan. Selain itu, hal ini juga dapat merusak semangat kolaborasi dan kerja sama yang seharusnya dibangun di kampus.

Kaderisasi yang ideal seharusnya berfokus pada pengembangan diri dan kepemimpinan tanpa melibatkan praktik senioritas. Kegiatan yang dilakukan harus bersifat membangun dan mendukung, bukan menekan atau merendahkan. Ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan produktif.

Ada kebutuhan mendesak untuk mengubah paradigma ospek dari seremonial menjadi proses yang lebih bermakna. Institusi pendidikan harus mengambil langkah untuk memastikan bahwa ospek benar-benar berfungsi sebagai ajang perkenalan, bukan sebagai sarana untuk menunjukkan kekuasaan.

Fakultas dan universitas memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur kegiatan ospek. Dengan menetapkan pedoman yang jelas, mereka dapat mencegah praktik senioritas yang merugikan. Ini juga mencakup pelatihan bagi senior tentang bagaimana menjadi panutan yang baik.

Mahasiswa baru perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka mengenai ospek dan praktik senioritas. Dengan melibatkan mereka dalam diskusi, institusi dapat lebih memahami kebutuhan dan harapan mahasiswa, serta menciptakan program yang lebih sesuai.

Membangun kesadaran tentang bahaya praktik senioritas harus dilakukan secara berkelanjutan. Kampanye informasi yang melibatkan berbagai pihak, termasuk alumni, dapat membantu menumbuhkan perspektif yang lebih sehat mengenai hubungan senior-junior.

Beberapa universitas telah berhasil menerapkan model ospek yang lebih inklusif dan mengutamakan kaderisasi yang positif. Melalui studi kasus ini, kita bisa belajar tentang praktik terbaik yang dapat diterapkan di tempat lain untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik.

Meskipun ada niat baik untuk mengubah praktik senioritas, tantangan selalu ada. Resistensi dari pihak-pihak tertentu, termasuk alumni yang terikat pada tradisi, dapat menghambat perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi hal ini.

Polemik senioritas dalam ospek yang berkedok kaderisasi adalah isu yang kompleks dan memerlukan perhatian serius. Dengan melakukan reformasi dan pendekatan yang lebih manusiawi, kita dapat menciptakan pengalaman ospek yang bermanfaat bagi semua mahasiswa.

Di masa depan, diharapkan ospek akan menjadi momen yang menyenangkan dan membangun, bukan sumber tekanan. Dengan menghadirkan semangat kolaborasi dan persahabatan, kita bisa mewujudkan lingkungan akademik yang sehat dan produktif.

Paji Hajju 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun