Satu-satunya dalil maulid paling orisinal ya Abu Lahab. Abu Lahab senang saat Nabi lahir. Itu (Abu Lahab) yang jelas kafir saja setiap hari senin diringankan siksanya. Kalau orang kafir saja hormat kelahiran Kanjeng Nabi diringankan siksanya, apalagi orang Islam?
- Gus Baha
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, kita sering kali lupa untuk sejenak merenungkan makna dan nilai yang terkandung dalam perjalanan hidup seorang Rasul. Maulid Nabi bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah momentum refleksi bagi kita semua untuk menghayati keteladanan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hari lahirnya Nabi, yang kita peringati setiap tahun, adalah saat yang tepat untuk menggali kembali ajaran-ajaran beliau. Dalam setiap detik perjalanan hidupnya, terdapat pelajaran berharga tentang kasih sayang, kejujuran, dan keadilan. Keteladanan Nabi bukan hanya untuk diingat, tetapi untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita lihat bagaimana sikap sabar dan tawakal Nabi ketika menghadapi berbagai ujian dapat menjadi inspirasi. Dalam setiap tantangan yang kita hadapi, teringatlah pada keteguhan hati beliau yang tak pernah surut. Di saat-saat sulit, kita dapat meneladani cara beliau berdoa dan bersyukur kepada Allah, menjadikan kita lebih kuat dan optimis.
Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kerukunan. Nabi adalah simbol perdamaian, dan melalui ajarannya, kita diajari untuk merangkul perbedaan dan menyebarkan cinta. Dalam dunia yang sering terpecah belah, mengingat ajaran beliau bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan harmoni.
Refleksi Maulid Nabi seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk meneladani akhlak mulia beliau. Mari kita berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata. Dengan demikian, kita tidak hanya merayakan hari kelahiran Nabi, tetapi juga merayakan setiap langkah menuju keteladanan yang bisa membawa perubahan positif dalam diri dan masyarakat.
Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, atau Maulid Nabi SAW, diyakini telah dikenal oleh masyarakat Muslim Arab, setidaknya sejak tahun kedua hijriah. Namun, ada pula yang meyakininya peringatan maulid telah ada sejak zaman Nabi SAW.
Saat itu, Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah tanpa ayah, karena ayahnya, Abdullah, sudah wafat. Beberapa tahun setelah dirawat oleh ibunya, Aminah, Nabi Muhammad SAW kemudian dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Muthalib.
Seiring dengan berjalannya waktu, peringatan Maulid Nabi tidak hanya menjadi momen untuk mengenang kelahiran beliau, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat tali persaudaraan di antara umat Muslim. Dalam perayaan ini, masyarakat berkumpul untuk mendengarkan sejarah hidup Nabi, meneladani akhlak dan ajaran beliau, serta berdoa untuk keselamatan dan keberkahan.
Tradisi ini biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari ceramah, pembacaan shalawat, hingga pertunjukan seni yang menggambarkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Dengan semangat kebersamaan, umat Muslim merayakan Maulid sebagai wujud cinta dan penghormatan kepada sang rasul, yang telah membawa cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia.