Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membangun Indonesia Emas, Fokus pada Aksi Bukan Janji

30 Agustus 2024   15:15 Diperbarui: 30 Agustus 2024   15:48 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita adalah sepasang kekasih, yang entah (dok. Kiwie - Pinterest)

"Ya, baliho para pejabat? Tidak hanya di jalan, di area bencana dan tempat suci juga banyak," jawabku.

"Kenapa partai politik terus membagikan kaos pemilu dan mendukung omong kosong dari para politisi?" bisik Bitu.

"Negara ini perlu regenerasi. Generasi yang tidak terjebak dalam janji-janji yang sudah basi. Hama paling menakutkan bagi petani bukan tikus atau serangga, tetapi manusia. Mereka menjanjikan ketenangan saat kampanye, setiap kata dirangkai dengan indah, tetapi ingatlah, semua makhluk pasti merasakan kematian, patah hati dan penipuan dari para politisi."

"Apakah kita sudah merdeka dan menerapkan nilai-nilai Pancasila?" tanya Bitu.

"Kita sudah merdeka dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kita bebas dari penjajahan. Percayalah, ini ungkapan tulus dari hatiku."

"Apakah hukum keadilan terpengaruh oleh politik?" tanya Bitu bingung.

"Hukum keadilan tetap berjalan sesuai jalannya, tidak terpengaruh oleh politik. Kita hidup dalam demokrasi, di mana hak asasi dan kritik dihargai serta dijunjung tinggi."

"Kita telah merdeka dan hidup dalam toleransi. Nasib kita diatur oleh penguasa untuk masa depan yang lebih baik," ujar Bitu, menepis keraguan yang selalu menghantui dirinya.

"Ya, kita saling menghargai dan tidak lagi memilih untuk menindas. Kita sembuh dari masa lalu," kataku di bawah langit berbintang dan bulan sedang manja-manjanya.

Bitu berkata, "Semoga kita tidak merayakan demokrasi tetapi membungkam suara-suara kritis."

"Tak, tidak," jawabku, menghangatkan suasana yang mulai perlahan menyerang pada kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun