Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Palestina adalah Kita

1 Juni 2024   09:57 Diperbarui: 1 Juni 2024   10:06 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanah Palestina, kau tetap berdiri tegak, meski terinjak-injak oleh kaki penindas. Semoga suatu hari nanti, damai dan kasih, menghapus luka yang kau derita selama ini. 

Palestina, bumi suci yang terluka parah. Tanah air yang dijajah, tumpah penuh darah. Kebrutalan menghancurkan segala, namun semangat tak pernah padam dalam dada. Berdiri teguh, menolak tunduk pada kekuasaan asing yang serakah. Ribuan tahun, sejarah mengalir dalam darah. Perjuangan demi kebebasan, tak kenal lelah. Setiap jejak langkah, dibasahi air mata dan keringat yang bercucuran tanpa jeda. Namun tekad membara, membuat cahaya harapan tak pernah redup di atas semesta.

Tembok nan tinggi membatasi, mengisolasi tuk menjauhkan diri dari sesama. Namun semangat perlawanan tetap menyala, membara dalam jiwa rakyat Palestina. Miliyaran nyawa melayang di atas tanah yang kudus, kesakitan menggema di tiap-tiap sudut kota. Tangisan anak-anak memekakkan telinga, sementara harapan dikubur dalam kepedihan yang tak berkesudahan. Tanah Palestina, engkaulah simbol perlawanan, simbol ketabahan dan keberanian melawan penindasan.

Kita adalah Palestina, bumi perjuangan yang tak tergoyahkan. Kita adalah suara mereka yang tak terdengar. Kita adalah nyala api yang membakar hati para penindas. Dan kita adalah simbol kekuatan, keteguhan, serta kemerdekaan. Palestina, tanah yang tak diakui banyak negara. Warga yang hidup dalam pengusiran yang membabi-buta. Dibayang-bayangi konflik tak berujung reda. Tetapi satu hal yang mereka lupa, bahwa cinta pada tanah air tak pernah padam.

Pemukiman terkepung, duka bercokol tak karuan. Mimpi-mimpi tertahan, harapan suram. Senyap bayang-bayang melintas, tiada lagi tawa riang sanak-saudara. Padang tandus, sepi terbengkalai dan terbaring kaku di bumi Palestina. Tanah yang dulu subur makmur, kini terinjak-injak dan dihancurkan. Namun keyakinan tak pernah sirna, bahwa suatu hari Palestina akan merdeka. Dan perjuangan tak akan terhenti, suara rakyat terus-menerus menggema, merengkuh kebebasan. Keadilan harus ditegakkan, zaman akan berubah, Palestina akan bersinar, meraih masa depan.

Paji Hajju 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun