Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Ada Derita Jika Gembira Tercipta?

20 Mei 2024   05:36 Diperbarui: 20 Mei 2024   05:58 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup bukan tentang siapa yang bisa mendapatkannya lebih banyak, tapi perihal siapa yang bisa menikmatinya lebih baik.

Hidup manusia merupakan perpaduan antara suka dan duka, penderitaan dan kebahagiaan. Setiap individu akan mengalami kedua hal tersebut dalam waktu yang berbeda-beda.

Penderitaan dapat datang dalam berbagai bentuk - kehilangan, sakit, kemiskinan, penindasan, dan sebagainya. Dalam menghadapi penderitaan, manusia dapat memilih untuk menyerah atau bangkit. Penting untuk menyadari bahwa penderitaan adalah bagian alami dari kehidupan, dan reaksi terbaik adalah menghadapinya dengan keberanian, kekuatan, dan pengharapan.

Di sisi lain, kebahagiaan juga merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Kebahagiaan dapat ditemukan dalam hal-hal sederhana seperti berkumpul dengan keluarga, bertemu teman, menyelesaikan tugas, atau mencapai tujuan. Kebahagiaan juga dapat diperoleh melalui pengalaman spiritual, apresiasi seni, atau pemenuhan diri.

Penting untuk menjaga keseimbangan antara menerima dan berusaha mengatasi penderitaan, serta menghargai dan merayakan kebahagiaan. Dengan pemahaman yang mendalam, manusia dapat belajar untuk menerima suka dan duka sebagai bagian yang saling melengkapi dalam perjalanan hidup.

Setiap orang memiliki pengalaman yang unik, namun pada dasarnya masalah, derita, dan kebahagiaan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia.

Secara umum, pemikiran Al-Ghazali menekankan pentingnya menyikapi derita dan gembira dengan bijak, menggunakannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai kebahagiaan yang abadi.

Filsuf-filsuf Islam yang lainnya juga memandang penderitaan dan kegembiraan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Mereka menekankan pentingnya mencapai kebahagiaan sejati melalui penyucian jiwa, penguatan spiritual, dan pengembangan intelektual.

Sedangkan dalam pandangan Fatimah Az-Zahra, derita dan gembira adalah dua sisi yang saling melengkapi dalam perjalanan spiritual seorang hamba. Melalui penerimaan yang sabar terhadap derita dan upaya memperoleh kebahagiaan yang sejati, manusia dapat meningkatkan ketakwaan dan kedekatan dengan Allah SWT.

Lalu menurut Rabiah al-Adawiyah, seorang sufi wanita abad ke-8 Masehi, derita (kesusahan) dan kegembiraan (kebahagiaan) adalah dua hal yang saling berhubungan dalam kehidupan manusia.

Rabiah al-Adawiyah menekankan bahwa derita dan gembira adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Menurutnya, derita dan gembira adalah bagian dari proses penyucian jiwa menuju kedekatan dengan Tuhan. Keduanya dipandang sebagai ujian dan anugerah dari Tuhan untuk menguji keimanan seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun