Mohon tunggu...
Syarmila syam
Syarmila syam Mohon Tunggu... -

Tetaplah berbuat baik, meskipun di luar sana banyak yang mempertanyakan kebaikanmu, walaupun kadang merasa tidak di hargai. tetaplah pada pendirian dengan maksud yang baik. ada masanya semua akan terbalaskan!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedikit Penjelasan Bagaimana Hubungan Patron-Klien pada Masyarakat Khususnya di Sulawesi Selatan

30 April 2016   16:11 Diperbarui: 30 April 2016   16:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sedikit Penjelasan Bagaimana Hubungan Patron-Klien Pada Masyarakat Khususnya di Sulawesi Selatan

Pada hari rabu (27/04/2016) setelah seharian telah melakukan aktivitas yang seru pada hari itu. saya menutup aktivitas saya di kampus dengan mata kuliah tambahan antropologi pada sore harinya.

            Tepat pada hari itu kami membahas mengenai Hubungan Patron-Klien Pada masyarakat bugis dan Makassar di Sulawesi selatan. Yang menurut saya, Pembelajaran kali ini sedikit tidaknya saya mengerti mengenai kebudayaan bugis dan Makassar yang termaksud dari asal saya sendiri. Dan ketika pembahasan tersebut berlangsung saya sedikit membandingkan bagaimana hubungan patron-klien sesungguhnya yang bisa saya gambarkan di kehidupan nyata.

Secara umum hubungan patron-klien bisa di golongkan sebagai hubungan yang tidak sejajar (tetapi secara teoretis tidak mengikat) antara atasan (patron atau pemimpin) dengan sejumlah bawahan (klien, pelayan, atau pengikut). Berdasarkan pertukaran pelayanan yang asimetris, di mana secara de facto patron tergantung kepada para klien yang memberikan pelayanan Cuma – Cuma yang bisa mencakup kewajiban secara ekonomis, tugas – tugas berupah atau tidak, menjadi prajurit perang, dukungan politik dan pelayanan lainnya, di imbangi dengan peran patron untuk menjadi figur pemimpin bagi semua klien dan pemberian bantuan, termasuk pinjaman uang dan perlindungan , yang di sediakan sang patron jika diperlukan.

Contohnya sederhana, Seperti di sebuah kerajaan yang rajanya sebagai patron atau pemimpin dan para pelayannya sebagai klien atau para pengikutnya.

            Diantara ilmuan pertama yang mengenali dan menganalisis hubungan patron-klien di Sulawesi selatan adalah H. Th. Chabot. Chabot yang mengidentifikasikan apa yang dia namakan “sistem pengikut”. Yang meliputi seluruh jaringan hubungan yang terjalin antara raja atau tuan (Karaeng) dengan sejumlah pengikutnya yang dia sebut anak – anaknya (anaqna) , atau orang – orangnya (taunna). Walau para pengikut berada di bawah kendali tuannya, namun kedua belah pihak dalam hubungan seperti itu sebenarnya saling membutuhkan. Menurut Chabot, hanya lewat hubungan tidak setara seperti itulah kerja sama bisa di jalankan di wilayah itu. Karena hubungan yang di jalin oleh orang sederajat hanya akan melahirkan kompetisi atau persaingan, karena orang sederajat, terutama yang berstatus tinggi, selalu ingin mengalahkan atau berbuat lebih baik daripada orang yang sederajat dengannya (Chabot 1950:102-12)

            Seseorang yang mengaku seorang bangsawan sebagai tuannya (karaeng) akan selalu bersedia mengikuti (minawang) dan mematuhi keinginannya, misalnya, jika dipanggil oleh karaeng untuk menemaninya berburu atau melakukan perjalanan. Dia selalu siap bekerja di sawah sang karaeng, dan jika karaeng mengadakan pesta, para pengikut akan menyumbangkan uang atau hadiah serta membantu mengerjakan tugas – tugas di rumah tuannya. Sebaliknya, seorang tuan akan melindungi pengikutnya: jika pengikut diperlakukan buruk, sang tuan akan membelanya, jika pengikut dihina, tuan akan menganggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya.

            Sedikit yang bisa saya paparkan mengenai patron – klien pada lingkungan masyarakat. Saya hanya dapat menjelaskan sedikit dari penjelasan dosen di kampus dan sedikit membaca buku mengenai hubungan patron – klien tersebut. Semoga dengan artikel saya ini masyarakat bisa memahami tentang hubungan patron – klien pada masyarakat di sekitarnya ataupun pada kebudayaan di daerahnya.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kalian dan bila ada kekurangan , tolong sempatkan untuk memberi saran dan komentar untuk artikel saya ini . sekian dan terima kasih :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun