3. Perebutan Kekuasaan
Selama masa kekhalifahan, konsolidasi kekuasaan dan perebutan kekuasaan menjadi hal yang cukup dominan, terutama setelah wafatnya Rasulullah SAW. Peristiwa seperti perang Jamal dan perang Shiffin menunjukkan konflik internal yang berkepanjangan dan upaya berbagai faksi untuk mengambil alih kekhalifahan.
Jika kita amati politik modern saat ini mencerminkan perilaku yang serupa, dimana persaingan kekuasaan sering kali melibatkan intrik, aliansi, dan konflik antar kelompok elit politik. Â Ketegangan, manuver politik, dan terkadang tindakan kekerasan tidak jarang mengiringi pemilihan umum dan transisi kekuasaan di banyak negara. Konflik kekuasaan seperti ini biasanya adalah hasil dari keinginan pribadi ataupun kelompok yang acuh terhadap kepentingan umum.
4. Politik Patronase Dan Klientelisme
Pada masa kekhalifahan politik juga diwarnai dengan adanya politik patronase dan klientelisme dimana para pemimpin memberikan jabatan, hadiah, dan perlindungan kepada kaum yang mendukung mereka. Meskipun Praktik ini sering menimbulkan ketidakstabilan dan korupsi, namun ini membantu para pemimpin saat itu memperkuat posisi mereka.
Di kondisi saat ini, patronase dan klientelisme merupakan hal yang lazim terjadi dalam politik kontemporer. Banyak pemimpin politik bergantung pada dukungan kelompok tertentu dengan menawarkan proyek, jabatan, atau alses ke sumber daya. Meskipun praktik ini memiliki potensi untuk meningkatkan dan mempertahankan kekuasaan, ini juga sering menyebabkan korupsi dan penyalahgunaan wewenang yang merugikan kepentingan publik.Â
5. Pengaruh Agama Dalam Politik
Dengan syariah atau hukum islam yang menjadi dasar hukum dan kebijakan publik, agama memainkan peran penting dalam politik pada masa kekhalifahan. Para Khalifah dianggap sebagai pemimpin spiritual dan temporal, berperan untuk menjaga kesejahteraan rakyatnya dengan menegakkan ajaran agama. Di banyak negara mayoritas muslim saat ini, agama masih memiliki pengaruh yang signifikan dalam politik. Hukum syariah diterapkan dalam berbagai tingkat di beberapa negara, dan politisi sering kali menggunakan retorika agama untuk mendapatkan dukungan.
Para elit politik mungkin saja menggunakan bahasa atau retorika yang merujuk pada nilai-nilai agama untuk mendapatkan dukungan atau untuk memengaruhi opini publik. Mereka dapat menggambarkan diri mereka sebagai pembela agama atau bahkan mempromosikan kebijakan yang sesuai dengan ajaran agama untuk memperoleh dukungan dari kelompok-kelompok agama.
Politik di masa kekhalifahan banyak memberikan gambaran dan pelajaran yang relevan dengan perilaku elit politik saat ini. Banyak elemen politik di masa kekhalifahan masih dapat dilihat jika kita amati dengan kondisi politik saat ini. Selain itu, pengaruh agama dalam politik dan upaya reformasi menunjukkan hubungan antara sejarah politik sebelumnya dengan keadaan sekarang ini.Â
Kita dapat lebih memahami dan menilai perilaku elit politik saat ini dengan mempelajari sejarah dan dinamika politik masa kekhalifahan. Keadilan, integritas, dan kepemimpinan yang bertanggung jawab adalah prinsip yang masih relevan dan harus diperjuangkan dalam politik kontemporer. Sebaliknya, masalah seperti korupsi, klientelisme, dan konflik kekuasaan mengingatkan kita akan pentingnya reformasi dan upaya terus-menerus untuk memperbaiki sistem politik untuk kepentingan umum.Â