Mohon tunggu...
Syarifuddin Hidayatullah
Syarifuddin Hidayatullah Mohon Tunggu... -

Lahir di sebuah desa yang sejuk daerah kota Jember pada 29 Juli 1993. Semangat juang untuk membahagiakan orang tua serta menjadi yang terbaik adalah sebuah cita dan asa yang dirojihkan, setelah pendekatan diri kepada Allah SWT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ritual Merayu Tuhan

22 Desember 2012   08:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:12 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pasca prediksi kiamat 2012 yang lolos dan bisa dikatakan nihil diundur, jamak masyarakat yang berupaya mendeskripsikan rasa syukurnya terhadap Tuhan semesta alam. Ada yang mengadakan sesajen, pemujaan terhadap Tuhan secara besar-besaran, serta beberapa lagi macam ritual yang heterogen dalam perayuan terhadap Tuhan.

Sebenarnya Tuhan telah memberikan edukasi yang jelas bahwasanya kiamat pasti akan terjadi dan datang namun tak seorang pun dapat mengetahuinya. Tuhan berfirman “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.QS. Thaahaa :15.

Jamak dari ramalan-ramalan yang menghebohkan dunia tentang sebuah kiamat, dari datangnya hari kiamat sampai macam rupa keadaan yang terjadi pada hari tersebut. Sesungguhnya jika kiamat datang maka bumi seperti debu, gunung bagaikan kapas yang berterbangan, matahari hanya sejengkal saja dari kepala. Sedangkan manusia tak akan berkutik sedikitpun atasnya.

Beberapa prediksi juga telah diluluhlantakkan oleh Tuhan terhadap penentuan hari kiamat. Rahasia Tuhan tidak seperti rahasia makhluk-Nya yang sedalam-dalamnya dikubur pasti akan terbuka suatu saat nanti. Tuhan sengaja menutupi kapan hari kiamat datang, kekasih yang selalu diagung-agungkan Tuhan pun tak sesekali diberi warta atas kapan terjadinya hari kiamat tersebut apalagi dari kalangan orang-orang awam seperti kita.

Dalam kalender suku maya, 21 Desember 2012 lalu adalah hari kiamat yang datang secara besar-besaran hingga bumi akan hancur lebur. Pasalnya, ramalan tersebut pernah gagal karena suku maya memprediksikan kiamat terjadi pada kisaran tahun 2003 tetapi karena tidak terjadi benturan atau bencana apapun maka mereka mengubahnya menjadi akhir bulan pada tahun 2012.

Prediksi tersebut ada karena dengan sengaja suku maya menghubung-hubungkan tahun 2012 dengan siklus perhitungan kalender Suku Maya dan titik balik Matahari 2012. Hingga akhirnya muncullah tanggal klaim bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012.

Ihwal dari prediksi inilah yang menjadikan manusia kalang-kabut pada bulan desember 2012. Dimulai dari ramalan paranormal yang menyatakan tanggal keramat 12 Desember 2012 akan terjadi peristiwa besar layaknya kiamat sampai diundur pada tanggal 21 Desember 2012 atau akhir tanggal pada kalender suku maya tersebut.

Seperti lazimnya, pentransfer ilmu lebih pandai dan mempunyai corak yang heterogen dalam penyampaiannya dari pada yang menerima ilmu tersebut. Pemodal dalam usaha lebih kaya dari para pekerja yang hanya akan menerima gaji atas jerih payahnya. Pun juga demikian, sang pencipta lebih mengetahui daripada makhluk-Nya atas apa yang diciptakan baik di langit ataupun di bumi.

Tuhan memberikan edukasi yang simplisit tetapi sangat bermakna, dari rahasia datangnya hari kiamat bukan berarti manusia bermain prediksi atas terjadinya kiamat melainkan untuk mempersiapkan diri menemuinya jauh sebelum datangnya hari kiamat tersebut. Kekeliruan manusia adalah memanfaatkan prediksi ini sebagai tolok ukur kehebatan masing-masing ramalan serta menghantui orang-orang yang tidak memelihara iman dengan sebaik-baiknya.

Refleksi Ramalan

Setelah diketahui bahwasanya ramalan tersebut gagal jatuh pada tanggal prediksinya maka taraf bersyukur manusia melebihi seorang pendeta yang bermunajat pada Tuhannya. Berbagai corak yang heterogen dalam ritual merayu Tuhan dilakukan karena takut kiamat datang atau bahkan prediksi kiamat susulan menghantui masyarakat seluruh dunia.

Ketika berbagai ramalan menyatu menjadi satu bingkisan yang membaiat kiamat datang pada akhir tahun 2012, maraknya masyarakat yang berbondong mempersiapkan diri sangat banyak. Mulai dari berkemas-kemas seluruh pakaian, meninggalkan rumah, pasrah terhadap ihwal yang terjadi, serta ritual dalam merayu Tuhan dilakukan.

Ritual-ritual yang beraneka ragam dilakukan karena takutnya diri menghadapi kiamat. Seperti pemujaan terhadap berhala, nostalgia terhadap sesuatu yang pernah dilakukan, memberikan sesajen terhadap leluhurnya, zikir bersama dari kalangan umat muslim, dan lain sebagainya. sebenarnya tujuan tersebut hanyalah satu yaitu dalam rangka merayu Tuhan agar diberikan yang terbaik pra-pasca prediksi kiamat datang.

Dari sudut pandang yang berbeda, dengan adanya suguhan-suguhan prediksi seperti ini maka manusia berbondong-bondong mempersiapkan diri. Melakukan hal yang terbaik untuk diri mereka, serta mendekatkan jiwa pada sang pencipta. Jika seandainya refleksi ramalan tersebut berlaku setiap hari seperti pendekatan diri kepada Tuhan semesta alam maka dampak positif dari hal kebiasaan manusia akan baik seperti terhindar dari marabahaya, korupsi yang besar-besaran, kasus yang tidak terselesaikan kemudian datang kasus baru, perpecahan, perselisihan, dan lain sebagainya.

Dari sinilah dapat diketahui bahwa manusia sebenarnya bukan makhluk ateis yang tidak mempercayai eksistensi Tuhan dan intervensi-Nya dalam kehidupan manusia. Bermunajat, berzikir, serta mengingat apa saja yang telah dilakukan dan berjanji tidak mengulangi keburukan-keburukan yang pernah dilakoni merupakan tindakan apik. Sejatinya, ini merupakan ritual merayu Tuhan yang tepat dalam arti lain setiap detiknya didasari rasa takut bukan terhadap hari kiamat melainkan kepada Tuhan semesta alam.

Betapa baiknya jika refleksi dari ramalan kiamat seperti pendekatan diri kepada Tuhan, bermunajat, serta zikir bersama, selalu dilakukan setiap hari tanpa adanya sebab tertentu seperti datangnya hari kiamat. Niscaya perbuatan keji serta mungkar jauh dari sisi kehidupan manusia. Banyak dari sekian jumlah manusia akan bertransisi dari buruk menjadi baik serta berkonversi dari keburukan menjadi kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun