Mohon tunggu...
Syarif Thoyibi
Syarif Thoyibi Mohon Tunggu... Belajar Berdamai dengan Kenyataan -

Blogger, Writer http://syarifthoyibi.blogspot.co.id/ https://twitter.com/thoyibig

Selanjutnya

Tutup

Politik

Selamat Memimpin!

10 Desember 2015   10:55 Diperbarui: 10 Desember 2015   10:55 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau belum final benar tapi siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam beberapa Pemilihan Kepala Daerah sudah dapat diraba melalui hasil hitung cepat dan perhitungan internal. sebenarnya saya kurang suka terminologi menang kalah! Sebab bangsa ini masih sensitif dengan istilah menang dan kalah. Mayoritas bangsa ini masih menganggap menang adalah anugerah dan kehormatan sedang kalah adalah sebuah aib! Menang terkadang membuat jumawa berkepanjangan dan kalah seperti  memicu malu tujuh turunan! 

Padahal tidak begitu! Berhasil atau belum berhasil hanyalah akhir dari sebuah proses ikhtiar! Toh nantinya perjalanan waktu akan menghasilkan lagi akhir sebuah proses. Apakah keberhasilan dulu dapat dikonversi menjadi keberkahan atau sebaliknya menang jadi awal sebuah derita. Begitupun dengan kekalahan! Jika dimaknai dan dilakoni dengan bijak akan menjadi sebuah keberkahan! Toh diakhirat kita tidak akan dihisab mengapa kamu tidak berhasil! Justru kita akan ditanya kamu menang dengan cara apa dan bagaimana mempergunakan kemenangan itu!

Kita mesti bersyukur masih banyak orang yang berhasrat untuk menjadi pemimpin! Mendaftar untuk mendapat mandat menjadi pemimpin masyarakat! Coba kalau pada ga mau menjadi pemimpin karena mereka menyadari betapa beratnya tanggung jawab di yaumul jaza! Coba kalau tiap orang kehilangan libido untuk berkuasa karena tak sanggup membayangkan antrian panjang orang-orang yang dipimpinnya balik menuntuk hak yang dulu tak ia dapat, menagih janji yang tak terealisasi, menuntut balas atas kezaliman dan ketidakadilan yang mereka peroleh ketika ia berkuasa! Coba kalau tiap orang tak punya cita-cita jadi kepala karena tahu ia akan tiba pada saat dimana tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh menjadi saksi atas segala tindak-tanduknya kekepalaannya! Saat dimana tidak berlaku lagi silat lidah, lobi-lobi dan bukti-bukti yang sejatinya tidak dapat dibuktikan!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun