Depok, 2024 – Anemia pada remaja putri merupakan tantangan kesehatan yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas di masa depan. Untuk mengatasinya, tim pengabdian masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) di bawah pimpinan Prof. Ede Surya Darmawan bersinergi dengan program Kampung Sehat Bebas Anemia (SAE) yang diluncurkan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Program kolaboratif ini dilaksanakan di Pondok Pesantren At Taqwa, Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD di kalangan santriwati, sebagai langkah awal mencetak generasi masa depan yang sehat dan berkualitas.
Mudir Pesantren At Taqwa, Dr. Adriansyah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa program ini sangat relevan dengan kebutuhan pesantren. “Untuk mencapai Indonesia emas, remaja putri tidak boleh lemas karena anemia. Di pesantren, sudah dikuatkan jiwanya, maka raganya juga harus kuat dengan edukasi gizi, pola makan sesuai ‘Isi Piringku,’ dan konsumsi rutin tablet tambah darah,” tegasnya.
Program ini juga mendapat dukungan penuh dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan UPTD Puskesmas setempat. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Zakiah atau yang akrab dipanggil dr. Kiki, menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan dalam program ini dirancang untuk menyentuh berbagai aspek kesehatan remaja putri. “Kegiatan dimulai dari senam bersama untuk membangun semangat, dilanjutkan dengan edukasi gizi yang relevan, kemudian minum tablet tambah darah bersama dan memasukkan kemasannya ke dalam celengan, serta diakhiri dengan skrining kesehatan. Ini adalah pendekatan komprehensif untuk memastikan kesehatan remaja putri terjaga dengan baik,” jelas dr. Kiki.
Diharapkan, program Celengan TTD Rematri dapat meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD hingga 100% dalam satu bulan dan memperbaiki pola makan remaja putri. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pencegahan anemia pada remaja putri di pesantren, yang diharapkan menjadi model bagi komunitas serupa di wilayah lain.
Prof. Ede Surya Darmawan berharap program ini dapat berlanjut dan diperluas ke lokasi lain, sehingga lebih banyak remaja putri yang terjangkau. “Dengan pemantauan secara kohort, kita dapat mengetahui status kesehatan remaja putri dari waktu ke waktu. Hal ini penting untuk memastikan dampak program berlangsung jangka panjang, sekaligus memberikan data akurat untuk pengambilan kebijakan di masa depan,” tutup Prof. Ede.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI