Mohon tunggu...
Syarif Niskala
Syarif Niskala Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Ada yang Gratis di Dunia Ini!

1 Mei 2009   03:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:11 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada selorohan di budaya Eropa yang menyatakan “Tidak ada makan siang yang gratis”, maka dalam pergaulan di masyarakat Indonesia, telah pula populer selorohan “Mana ada yang gratis di zaman ini, buang air saja bayar”. Dua kutipan kalimat tadi, tidak sedang menguatkan judul tulisan ini, melainkan hanya sebuah kesamaan rasa bahasa. Dan bukan pula hanya sebuah insiden tak terencana (accident), seperti yang selalu dikatakan Master Oogyaay dalam film Kungfu Panda, “There are no accident”.

Sebelum menuliskan kalimat-kalimat pada catatan ini, lama saya memikirkan, menghitung kemungkinan, membolak-balik logika, dan mengamati sekeliling untuk menjawab pertanyaan: apakah ada sesuatu yang gratis di dunia ini. Tidak kunjung saya menemukan jawaban, selain kesimpulan yang menghampiri. Kesimpulan itu, saya abadikan menjadi sebuah judul catatan saya kali ini. Tidak ada yang gratis di dunia ini! Adakah sahabat-sahabat menemukan benda atau apa pun yang benar-benar gratis?

—-

Jika pemahaman kata gratis menurut Anda adalah tidak ditukar uang, ada lemahnya kalimat judul di atas. Tetapi jika mengacu pada pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (gratis : cuma-cuma (tidak dipungut bayaran); cuma-cuma : tidak ada gunanya, sia-sia), maka kalimat di atas menjadi sangat benar. Untuk mengurutkan pemahaman ini, mohon berkenan atas penjelasan-penjelasan berikut.

1. Jika program ‘Sekolah Gratis’ itu benar-benar gratis, pasti pemerintah tidak suka bersusah payah menyusun, mengorganisasikan, mensosialisasikan, mengendalikan, serta memastikan implementasinya di lapangan. Semestinya ada nilai tambah politik menjelang pilpress yang sedang dibangun, yakni penilaian baik dan berpihak pada kebutuhan masyarakat luas. Tapi ini bukan hal yang terlarang. Ini pertukaran yang tepat, yakni saat pemerintah status quo membutuhkan dukungan, bersambut dengan saat masyarakat sibuk memasuki tahun ajaran baru di tengah badai krisis global. Ini masalah kecerdasan memilih momentum.

2. Jika udara yang kita hirup ini gratis, tidak akan ada konsekuensi dari siapa pun pada mereka yang merusak kualitas udara dan eksistensi lapisan ozon. Untuk Anda ketahui, selain orang baik, Tuhan pun Mengutuk perilaku tak terpuji pengrusakan kualitas udara (dan lingkungan). Segenap sangsi dari sistem hukum manusia maupun sistem hukum-Nya, telah disiapkan.

3. Jika hidup Anda adalah gratis dari-Nya, Anda pasti tidak diminta pertanggung jawaban atas perjalanan hidup Anda. Tuhan memang tidak membutuhkan apa pun dari manusia. Tetapi jika Anda menyia-nyiakan hidup Anda atau mengambil jalan pintas pemutusan hidup (bunuh diri), Anda akan dihukum.

4. Jika Anda menganggap kasih-sayang orang tua gratis, tidak akan ada hukuman bagi anak durhaka. Bukankah kategori anak yang baik adalah anak yang berupaya keras dan baik dalam mengimbangi kasih-sayang orang tuanya, baik semasa hidup atau sesudah mereka wafat. Yang sebaiknya tidak dilakukan adalah hitung-hitungan. Karena pengeluaran uang dan catatan bentuk kasih sayang orang tua tidak mungkin terdokumentasi rapi, maka jika anak yang hitung-hitungan, pasti salah hitung.

5. Jika Anda temukan sesuatu yang sepertinya gratis, mohon Anda bersabar, lebih telaten, dan lebih luas mengambil sudut pandang

Bagaimana dengan ikhlas atau tulus? Jika demikian, tidak ada ketulusan di dunia ini. Mohon Anda tidak tergesa dalam mengambil kesimpulan. Jika pengertian Anda tentang tulus atau ikhlas berarti tanpa pamrih, bisa benar pernyataan tidak ada pribadi tulus/ikhlas. Tapi mohon Anda berkenan bahwa sebenarnya ikhlas atau tulus itu artinya pamrih pada kebaikan. Jika Anda memberi seseorang dan tidak mengharapkan orang tersebut membalasnya tapi dalam hati Anda berdoa agar hidup Anda diberkahi-Nya, itu adalah bentuk terbaik ikhlas/tulus. Dan itu bukan tanpa pamrih, melainkan pamrih pada kebaikan. Apapun, sepanjang imbalan yang diharapkan berbentuk kebaikan, dinamakan ikhlas/tulus.

Bagaimana dengan pribadi yang mencampurkan antara pamrih kebaikan dengan keburukan? Mohon untuk Anda cermati, bahwa kebaikan dan keburukan tidak akan pernah dapat menyatu. Jika Anda mencampur-adukkan kebaikan dengan keburukan, berapapun komposisinya, hasilnya adalah keburukan. Seperti Anda mencampurkan setitik racun pada sebelanga susu, maka status susu tersebut menjadi racun. Anda tidak bisa menanamkan dalam hati Anda, motivasi kebaikan dan keburukan bersama-sama. Bagaimana mungkin hati Anda akan damai dengan komposisi itu!

Jangan pula terkecoh oleh tingkatan kebaikan atau keburukan. Seringkali kita tertipu oleh dua pilihan yang sama-sama baik (atau buruk), tapi mencurigai salah satunya sebagai keburukan (atau kebaikan). Bekerja keras untuk mengumpulkan uang (harta) bukan lawan dari pengabdian tulus kepada-Nya. Kaya dan taat tidaklah saling menegasikan. Kaya bukan negasi miskin, melainkan tingkat kepemilikan harta. Demikian pula halnya dengan bekerja dan beribadah, dua-duanya adalah jenis kebaikan, jika cara dan motivasinya benar. Dua-duanya pula berjenis keburukan jika cara dan motivasinya dusta.

Bagaimana cara membedakan kebaikan dan keburukan? Mohon diingat, terkait cara selalu ditentukan oleh banyak faktor, seperti jam terbang, keluasan pandangan, kedalaman pengetahuan, kepekaan nurani, konsistensi (fokus) keinginan, kualitas kesungguhan, dan seberapa keras upaya. Keahlian melakukan datang dari melakukan. Anda akan sangat peka dan ahli memilah-milah kebaikan dan keburukan, jika Anda setiap saat selalu mempertimbangkan segala hal dari sisi baik atau buruk. Seperti halnya kebaikan, keburukan dapat menempel pada hal apapun. Untuk itu, cermatlah mengenali pilihan mana yang ditempeli keburukan atau pilihan mana yang ditempeli kebaikan. Jadi, mohon bersabar dalam menapaki proses menjadi pribadi baik. It takes time! Sure!

Jangan khawatir pula dengan keniscayaan telah salah memilih. Selalu ada pintu maaf atau taubat, selama nafas tidak diujung tenggorokan. Optimislah dengan janji-Nya: “Jika Anda memutuskan berpihak pada kebaikan, maka kebaikanlah yang akan menunjukkan jalan pada Anda.” Trust God!

Sahabat-sahabat yang baik, terima kasih atas kesediaan menerima kehadiran sudut pandang saya dalam taman pikiran Anda. Salam Hangat - Syarif Niskala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun