Mohon tunggu...
Syarif Husein
Syarif Husein Mohon Tunggu... -

Lahir 11/12/1991 \r\n\r\nSaat ini aktif di Pers Mahasiswa REVOLUSI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2014 dalam prespektif Milan Kundera

16 Juni 2014   16:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:31 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres kali ini hanya dua calon Presiden,yaitu Jokowi-JK diyang didukung PDIP, PKB, P. Nasdem, P. Hanura dan PKPI dan Prabowo-Hatta yang didukung P. Gerindra, P. Golkar, PKS, PAN, PPP dan PBB serta didukung oleh P. Demokrat, walau Partai Demokrat menyatakan netral lewat ketua umumnya SBY, tapi publik mengetahui kemana arah dukungan Demokrat.

Yang menarik adalah baik dikubu Jokowi-JK maupun Prabowo-Hatta didukung orang-orang bermasalah, baik itu Pelanggaran HAM masa lalu, ataupun masalah hukum, contoh dikubu Prabowo, ada Prabowo sendiri yang bermasalah terkait HAM, ada Rashid Rajasa anak dari Hatta Rajasa yang bebas dari jerat Hukum, Idem Ditto dikubu Jokowi-JK ada AM Hendropriyono, Jendral yang terkait Peristiwa Talangsari dan disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan Aktivis HAM Munir, dan ada JK Sendiri yang berbohong dipersidangan terkait Kasus Century, belum lagi peran Mega dalam kasus Darurat Militer Aceh tahun 2003,dan masih banyak lagi, makanya saya tolak koalisi Mega-Pro tahun 2009 dan terpaksa pilih SBY.

Kalau kita melihat kondisi kekinian dikedua kubu sebenarnya didukung oleh Kaum Fasis Nasionalis, tapi di Kubu Jokowi-JK terdapat kaum Nahdiyin (PKB ) dan Kiri Baru (mantan anggotaForkot dan PRD yang ada dalam PDIP ) yang menjadi Penyeimbang kekuasaan sedangkan dikubu Prabowo-Hatta terdapat Kaum Islamis Fundamentalis ( FPI, FUI, MMI, Salafy, dll ) dan Islam Transnasional ( PKS ) ditambah manifesto politik Partai Gerindra yang sebelum dihapus terdapat point pemurnian agama membuat koalisi Prabowo-Hatta semakin beraroma fasis.

Jadi bila kita menggunakan terminologi Milan Kundera yaitu #MenolakLupa kita akan tolak kedua capres dan golput merupakan pilihan, tapi apakah kita seperti itu, itu kembali kepada diri masing-masing karena memang tak ada kebenaran yang absolut, kebenaran tergantung prespektif masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun