Mohon tunggu...
Syarifatul Izza
Syarifatul Izza Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswi Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Be in love with your life every minute of it

Selanjutnya

Tutup

Healthy

COVID-19: Krisis APD, Keselamatan Petugas Kesehatan Dipertaruhkan

26 Mei 2020   13:31 Diperbarui: 26 Mei 2020   13:53 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh: Syarifatul Izza, Mahasiswi Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Baru-baru ini telah booming berita dari berbagai media tentang #indonesiaterserah, keluhan ini di rasakan oleh para tenaga medis yang bekerja sebagai garda terdepan dalam upaya memberantas pandemic Covid-19. Karena banyaknya jumlah pasien terinfeksi Covid-19 yang makin bertambah setiap harinya. Bahkan rekor baru tercatat pada tgl 21 Mei 2020 tercatat pasien terinfeksi Covid19 sebanyak 973 kasus. 

Untuk saat ini (25/05/2020) tercatat 22.750 kasus terinfeksi, 5.642 di nyatakan sembuh, dan 1.391 meninggal. Hal ini di dukung dengan adanya aksi para warga Indonesia yang mulai tidak memperdulikan PSBB. Di berbagai wilayah mereka pergi berbondong-bondong ke luar untuk berburu persiapan lebaran.

Dengan semakin banyaknya pasien yang terinfeksi Covid-19 setiap harinya, maka itu lah para garda terdepan merasa berat dalam menjalankan tugasnya dan kecewa terhadap aksi warga yang yang mulai mengabaikan PSBB. Menurut data PPNI (18/05/2020) tercatat 20 orang perawat meninggal akibat Covid-19 di seluruh Indonesia, OTG terdapat 116 perawat, ODP 685 perawat, PDP 48 perawat, positif 59 perawat, yang dirawat 68 perawat (PDP dan positif), dan terdapat 12 perawat yang telah dinyatakan sembuh. 

Hal itu lah yang menambah kekecewaan para tenaga medis. Selain itu alasan mengapa banyak tenaga medis yang berguguran salah satu penyebab utamanya adalah ketersediaan APD yang kurang di berbagai RS, Klinik dan instansi Kesehatan lainnya yang ada di seluruh Indonesia bahkan di dunia. Tidak sedikit tenaga medis yang terinfeksi Covid-19 karena tertular oleh pasien di akibatkan oleh kurangnya APD yang memadai dan sesuai dengan standart WHO.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 164 tertulis bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan di mana hal tersebut wajib diselenggarakan kesehatan kerja setiap tempat kerja. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, dan mudah terjangkit penyakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Pengendalian bahaya bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD). Perlengkapan pelindung diri atau sering disebut juga alat pelindung diri adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan kesehatan (Depkes RI-JHPIEGO, 2004). 

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Dessy Setyowati (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD terhadap upaya perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Petugas kesehatan sebagai garda terdepan, sebagai pahlawan bangsa yang berjuang melawan Covid-19 dengan setulus hati, mempertaruhkan jiwa raganya dalam merawat pasien yang terinveksi Covid-19, sudah seharusnya di perhatikan untuk tingkat keselamatannya. Karena mereka melakukan tindakan berisiko tinggi terpapar Covid-19. 

Ketersediaan APD yang memadahi dan berstandar WHO itulah kunci utama untuk melindungi tenaga medis agar tidak terpapar oleh virus Covid-19. Seperti di daerah Lombok timur, tepatnya di puskesmas Aikmel, karena kelangkaan jumlah APD para petugas Kesehatan disana menggunakan APD dengan bahan seadanya, seperti jas hujan, kaca mata las, dan menggunakaan plastik sebagai penutup kepalanya (kompas.com). masih banyak lagi di daerah-daerah lain yang melakukan hal serupa dalam menangani ketidak cukupan APD. 

Hal ini sangat miris, seolah-olah Kesehatan para petugas kesehatan di pertaruhkan. Hal ini juga menyebabkan para petugas kesehatan di beberapa wilayah di Indonesia seperti di tampilkan dalam berita (detikNews) Tim medis RSUD Nene Mallomo di Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengancam akan mogok melayani pasien Covid-19. Hal itu dikarenakan mereka merasa kekurangan alat pelindung diri (APD).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun