Duh jadi inget Kamu,
Duh, baru juga gua nyampe ini buku udah nyuruh gua pulang.
Rasanya langsung kaya inget rumah dan bukunya minta dibawa pulang.
Pinter emang yang kasih judul, Licik tepatnya.Â
Â
Setelah ngefreeze selama satu alif atau dua harakat saat baca sinopsisnya, gua langsung memutuskan mengambil novel Pulang yang udah lepas dari plastiknya dan membaca 20 halaman pertama.Â
Â
20 halaman yang keren sampe bisa ngebikin gua memutuskan membawa buku ini Pulang ke kasir dan menggandengnya sampe rumah.
20 halaman awal menceritakan soal pengalaman Si Bujang yang tinggal di Bukit Barisan di Desa yang jauh dari keramaian kota bersama Bapaknya yang pincang dan Ibunya, hidup sederhana sebagai petani. Bujang yang sama sekali belum pernah mengenyam bangku sekolahan saat itu diajak berburu babi hutan yang menjadi hama untuk perkebunan oleh Tauke Muda sahabat Bapaknya yang datang dari Ibu kota Provinsi bersama pasukannya. Berbekal senapan dan anjing pemburu akhirnya mereka berangkat menuju jantung Rimba Sumatra.
Â
Di dasar Rimba Sumatra inilah, di bawah dinginnya hujan dan petir yang sesekali membuat langit-langit hutan yang gelap menjadi terang, sesosok monster mengerikan telah mengambil rasa takut Si Bujang. Raja babi hutan sebesar kerbau dengan mata merah dan taringnya yang besar telah membelah dada dan mengeluarkan rasa takut Si Bujang. Sejak saat itu, 20 tahun berlalu, Bujang tidak lagi mengenal rasa takut.