Mohon tunggu...
Syarifatul Adibah
Syarifatul Adibah Mohon Tunggu... -

Sedang belajar menulis, untuk mengabadikan peristiwa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Resensi] Pulang - Tereliye, Seorang Anak yang Kehilangan Rasa Takutnya di Rimba Sumatra

16 Desember 2015   10:33 Diperbarui: 16 Desember 2015   12:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul : Pulang 

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Republika

Tahun Terbit : 2015

Tebal buku : iv + 400 hal ; 13.5 x 20.5 cm

Harga buku : Rp. 65.000,-

 

" Aku tahu sekarang, lebih banyak luka dihati Bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis dihati Mamak dibanding di matanya."

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit. 

 

=======

Tiba-tiba gua nge freeze gitu waktu baca sinopsis di belakang bukunya, ada bagian dari diri gua yang tiba-tiba membeku, terus mas-mas Gramedia nyamperin gua sambil bawa air panas terus diguyurin ke gua yang ngalang-ngalangin jalan.

Enggak lah. Mas-mas Gramedia mah ramah-ramah, satpam nya aja yang suka rese.  

Seperti biasa rutinitas mingguan gua jalan-jalan ke toko buku, pertama masuk gua langsung tertarik sama satu buku dengan covernya yang tosca unyu-unyu dilengkapi  efek 3D robekan kertas dan pertunjukan matahari terbit di dalamnya. Pokoknya kesan pertama liat buku ini tuh 

 

"Wuis mantap, keren nih." 

 

Pas dilihat lagi penulisnya ternyata penulis favorit gua, jadi.

"Wuis mantap, pasti keren ini mah ga salah lagi." 

Jujur pertama kali liat judulnya gua langsung baper.

Duh jadi inget Rumah,

Duh jadi inget Kamu,

Duh, baru juga gua nyampe ini buku udah nyuruh gua pulang.

Rasanya langsung kaya inget rumah dan bukunya minta dibawa pulang.

Pinter emang yang kasih judul, Licik tepatnya. 

 

Setelah ngefreeze selama satu alif atau dua harakat saat baca sinopsisnya, gua langsung memutuskan mengambil novel Pulang yang udah lepas dari plastiknya dan membaca 20 halaman pertama. 

 

20 halaman yang keren sampe bisa ngebikin gua memutuskan membawa buku ini Pulang ke kasir dan menggandengnya sampe rumah.

20 halaman awal menceritakan soal pengalaman Si Bujang yang tinggal di Bukit Barisan di Desa yang jauh dari keramaian kota bersama Bapaknya yang pincang dan Ibunya, hidup sederhana sebagai petani. Bujang yang sama sekali belum pernah mengenyam bangku sekolahan saat itu diajak berburu babi hutan yang menjadi hama untuk perkebunan oleh Tauke Muda sahabat Bapaknya yang datang dari Ibu kota Provinsi bersama pasukannya. Berbekal senapan dan anjing pemburu akhirnya mereka berangkat menuju jantung Rimba Sumatra.

 

Di dasar Rimba Sumatra inilah, di bawah dinginnya hujan dan petir yang sesekali membuat langit-langit hutan yang gelap menjadi terang, sesosok monster mengerikan telah mengambil rasa takut Si Bujang. Raja babi hutan sebesar kerbau dengan mata merah dan taringnya yang besar telah membelah dada dan mengeluarkan rasa takut Si Bujang. Sejak saat itu, 20 tahun berlalu, Bujang tidak lagi mengenal rasa takut.

Setelah perburuan yang meninggalkan cukup banyak luka ditubuh Si Bujang, dia dibawa ke Ibu Kota Provinsi oleh si Tauke Muda yang sebelumnya telah menjadi perjanjian antara Tauke Muda dan Samad, Bapak Bujang.

Sebuah keputusan berat bagi Midah, Ibu Bujang Untuk melepaskan putra semata wayang yang selama ini ia ajari mengaji, adzan, sholat dan berbagai hal lain secara diam-diam, karena setiap kali Bujang ketahuan belajar soal agama, maka ia akan dipukuli oleh Samad, Bapaknya. Bujang dibawa ke rumah keluarga Tong di Ibu kota Provinsi hingga Bujang tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan kuat. Kesuksesan Bujang sebagai tukang pukul nomor satu dikeluarga Tong, keluarga penguasa Shadow Economy se-Asia Pasifik. Dalam puncak kejayaan keluarga Tong, semakin banyak masalah demi masalah yang bermunculan termasuk sosok pengkhianat yang membuat Si Bujang mengerahkan pasukannya dan menjadikan "Rimba Beton Ibu Kota " sebagai medan pertempuran.

Bagaimanakah nasib keluarga Tong setelah mengalami pengkhianatan?

Akankah keluarga Tong galau lalu nangis-nangis di bawah shower karena dikhiananti?

Apakah keluarga Tong bisa muvon ?

Ini keluarga Tong apa Cabe-cabean labil dah. -_-

 

Pokoknya buku ini keren parah si. Gua banget. Banyak berantem-berantemannya. 

Kalo gak keren gamungkin gua rela-relain baca 8 jam kelar dengan mata kriyap-kriyep kan?

Tere Liye bener-bener jago dah kalo suruh ngebawa  perasaan pembaca. Penjelasan pada setiap kasus benar-benar mendetail seakan-akan Si Bang Tere ini berkecimpung dalam kasus tersebut. Bener-bener nyata, gak kaya janji-janji kamu, iya kamuu..

 

400 halaman yang dahsyat, gak salah kalo buku ini best seller mah.

Alurnya yang maju mundur cantik jadi makin manis dengan pilihan kata yang asyik.

 

Dan seperti biasah Tere Liye selalu bisa memuaskan hati pembaca dengan quote manis dibeberapa bagian cerita, salah satu favorit gua yang ini :

 

" Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu Nak. jangan pernah kau lawan, karena kau pasti kalah mau semuak apapun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kau lihat sekarang. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya. itu tidak pernah menyelesaikan masalah."

  

" TERUS DIMANA PULANGNYA WOY! "

" MAKANNYA BACA NDIRI WOY !"

 

Recomended banget buat :

Anak - anak perantauan yang jarang pulang,

Yang mau pulang gak punya ongkos ( gak ngebantu juga si, gabakal dikasi ongkos )

Yang belum menemukan hati tempat berpulang,

Buat Bang Toyib yang udah 3 kali puasa 3 kali lebaran belum pulang-pulang juga.

 

Harus baca deh. Gua serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun