Wabah covid-19 berawal dari Wuhan, Cina. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkna kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Virus ini memiliki ciri-ciri penyera g pada pernapasan seperti flu.
Sampai tanggal 30 Agustus 2020, di laporkan total kasus konfirmasi mencapau 25 juta lebih dengan jumlah lebih 850,6 ribu lebih kematian ada 213 negara dan dua kawasan terrtori yang terdampak pandemic covid-19. Hampir separuhnya dilaporkan memiliki lebih dari 50 ribu kasus dengan lebih dari 1.000 kematian. Setiap hari selama Juli-Agustus 2020m, rata-rata ada tambahan 250 ribu kasus dan 6.000 kematianÂ
Banyak pihak, pakar perorangan maupun lembaga kredibel, menghkhawatirkan pandemi tak hanya berdampak krisis ekonomi namun juga depresi ekonomi dengan besarab dampak lebih kuat dan besar dan lebih lama di banding krisis 1997-1998. Pandemi juga telah berdampak luar biasa bagi perekonomian dunia.
Pasar modal daan perekonomian berkembang di proyeksi IMF bakal menghadapi pertumbuhan per kapita negatuf pada 2020. Pasar dan negara berkembang, kecuali China, diperkirajab bakal mengalami pukulan lebih besar dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) daripada negara maju di tahun 2020 hingga 2021.
Dampak Pandemi Terhadap PrekonomianÂ
Keadaan ekonomi di Indonesia telah terdampak oleh pandemi yang berlangsung selama dua tahun terakhir ini. Pandemi menyebabkan berbagai penurunan dalam sektor ekonomi yang merupakan konsekuensi dari pembatasan sosial.Â
Terdapat tiga hal pokok yang di batasi pada hari ini, yakni leadaan sebelum, saat, dan sesudah pandemi. Sebelum pandemi terjadi, terdapat tiga tantangan yang selalu menjadi perbincangan, yakni rendahnya daya sainng ekonomi dalam lingkup ASEAN yang di sebabkan oleh rendahnya terdiri dari perbandingan kebutuhan Indonesia. Duan faktor di Indonesia lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara lain dan rendahnya lapasitas hukum.
Dalam lingkup global, daya saing Indonesia memiliki satu isu utama, yakni pendidikan dasar dan kesehatan. Kedua hal tersebut seharusnya dibedakan antara sekolah dan belajar dan ada pembahasan khusus pada masing-masing poin tersebut. Hal ini bertujuan agar anak-anak Indonesia bisa belajar untuk bisa bersekolah. "Saat ini banyak anak Indonesia yang bersekolah, namun belum bisa belajar," ujar Dekan FEB UI tersebut. Selanjutnya hal yang diperlukan adalah efisiensi tenaga kerja yang relatif tidak produktif dan siap menyambut teknologi.
Tahun 2020 lalu, ekonomi kita bertumbuh negatif dan mulai pulih pada tahun 2021.
Lebih lanjut Teguh menyampaikan, pada 2021, ekonomi Indonesia mengalami pemulihan akibat dari kebijakan yang berupa koordinasi fiskal dan moneter yang baik.Â
Hal ini terlihat dari turunnya dana stimulus dalam usaha perbaikan ekonomi, PPKM, dan lancarnya program vaksinasi. Beruntungnya, pada kondisi itu komoditas gas dan batu bara naik.