Mohon tunggu...
Syari Fani
Syari Fani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Surabaya

Seorang ibu rumah tangga yang suka menuliskan pengalaman keseharian di https://keluargamulyana.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Anak Menunjukkan Gejala Alergi? Jangan Panik, Lakukan Cara Ini

3 September 2019   15:23 Diperbarui: 19 April 2021   14:42 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melihat keponakan gatal-gatal pada kulitnya lalu muncul ruam merah, awalnya saya kira hanya terkena biang keringat. Setelah saya tanyakan ke ibunya ternyata gatal-gatal pada kulit sering muncul dan mengganggu. 

Karena khawatir dengan badan gatal-gatal yang sering muncul dan tak kunjung sembuh, dia pun berkonsultasi dengan dokter anak. Dari diagnosa dokter anak, beliau memberi kesimpulan bahwa badan gatal-gatal merupakan gejala alergi yang ditimbulkan. 

Sejak saat itu, orangtuanya berusaha mengubah pola hidup dan hasilnya menggembirakan. Tak cuma gatal alergi yang berangsur-angsur menghilang. Keponakan tumbuh sehat dan tumbuh kembangnya berjalan baik.

Cara Mendeteksi Anak Alergi

Sebelum saya bahas lebih lanjut tentang, cara mendeteksi alergi izinkan saya membahas lebih dulu tentang "apa itu alergi?"

Alergi merupakan respons tubuh yang abnormal (hipersensitif) terhadap pajanan bahan atau zat yang tidak berbahaya bagi tubuh atau biasa disebut alergen, ucap Dr. Molly Dumakuri Oktarina, SpA-K pada kelas 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Tata Laksana dan Pencegahan Susu Sapi di hari kedua Danone Blogger Academy 3.

Penyakit alergi bisa timbul bila ada faktor genetik dan faktor alergen. Ada pun faktor pemicu yang bisa meningkatkan resiko terkena alergi seperti, antibiotik, bedah sectio caesarea, maupun asap rokok.

Nah, bila orang tua menemui tanda-tanda anak alergi, tak pelu langsung khawatir. Alergi dapat ditangani apabila orang tua melakukan tiga langkah, yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan (3K). Langkah 3K ini bisa dilakukan sebagai upaya awal untuk mengatasi gejala alergi.

  1. Kenali riwayat kesehatan orang tua
    Risiko alergi pada anak bisa lebih dulu diperkirakan dengan mengamati riwayat kesehatan orang tua. Bila kedua orangtua memiliki alergi maka risiko anak mengalami alergi sebesar 40-80%. Bila hanya salah satu orangtua saja yang memiliki alergi maka risiko terkena alergi sebesar 20-30%. Bila saudara kandung memiliki alergi maka risiko terkena alergi sebesar 25-30%. Bila kedua orangtua tidak memiliki alergi, anak tetap dapat terkena alergi dengan rasio sebesar 5-15%.
  2. Kenali dari dalam kandungan
    Secara teori, alergi bisa di deteksi sejak dalam kandungan meski perlu perlu penelitian lebih dalam. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh World Allergy Organization Journal (2009) mengungkapkan, paparan terhadap zat alergen tertentu pada ibu hamil bisa memicu respons imun pada janin.
    Selain itu, perubahan gerakan janin juga diduga memiliki korelasi terhadap risiko timbulnya alergi pada buah hati di kemudian hari. Gerakan janin yang amat meningkat terutama pada malam hingga pagi hari merupakan faktor prediktif yang cukup kuat bahwa buah hati berisiko alergi.
  3. Kenali pada usia balita
    Gejala alergi pada usia balita dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari dari suara napas berat (berbunyi "grok-grok") pada bayi, kulit sensitif (sering muncul bintik atau bisul kemerahan pada pipi, telinga, dan daerah yang tertutup popok), sakit perut (kolik), kotoran telinga berlebihan, sering menderita pilek berkepanjangan, sering bersin dan batuk terutama malam dan pagi hari, dan sebagainya.
    Bila anak mengalami gejala tersebut, konsultasikan pada dokter mengenai kemungkinan anak menderita alergi.
  4. Konsultasikan secara ilmiah oleh ahlinya
    Bila anak mengalami alergi, kita bisa memastikan zat-zat apa saja yang menjadi faktor pencetusnya melalui tes berikut:

Skin Prick Test (Tes Tusuk)

Melalui Skin Prick Test (SPT), dokter akan meneliti reaksi tubuh terhadap lebih dari 33 jenis alergen, mulai dari alergen yang dihirup (debu, tungau, serbuk bunga, dll) sampai alergi makanan (susu, seafood, kacang, dll).

Pemeriksaan dimulai dengan cara meneteskan beberapa jenis cairan alergen pada kulit area lengan bawah untuk selanjutnya dilakukan penusukan/pencukitan pada kulit tersebut menggunakan jarum khusus. Hasil tes bisa diketahui dalam 15-20 menit.

Tes Darah

Pemeriksaan akan dilakukan terhadap sampel darah yang diambil dari tubuh anak. Tes darah biasanya dilakukan terhadap pasien alergi yang tidak bisa menjalani SPT karena berbagai penyebab. Dibandingkan SPT, tes darah memerlukan biaya yang lebih tinggi meskipun akurasi hasilnya terbilang setara.

Uji Tempel Kulit

Pemeriksaan ini dilakukan untuk evaluasi reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Uji tempel kulit dilakukan dengan cara menempelkan alergen pada kulit selama 2-3 hari.

Mengenal Alergi Susu Sapi

Grafik ini menunjukkan perjalanan berbagai macam bentuk alergi anak. Dok: Dr Molly, SpA-K
Grafik ini menunjukkan perjalanan berbagai macam bentuk alergi anak. Dok: Dr Molly, SpA-K

Mungkin sudah sering mendengar tentang alergi susu sapi atau biasa disebut intoleransi laktosa. Alergi susu sapi tak hanya dialami oleh bayi yang mengonsumsi susu sapi, bisa juga dialami oleh bayi yang mengonsumsi ASI. 

Saat ini, angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2-7,5% dan reaksi alergi pada susu sapi masih mungkin terjadi pada 0,5% pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif.

Intoleransi laktosa yaitu suatu keadaan tidak adanya enzim laktulosa yang berfungsi dalam penyerapan laktosa atau gula sederhana (disakrida) yang terdapat dalam susu. Hal ini menimbulkan gejala yang berkaitan dengan pencernaan seperti mencret atau kembung setelah minum susu.

Reaksi alergi bisa timbul dalam berbagai bentuk, antara lain:

Bercak merah dan gatal di kulit merupakan gejala dermatitis atopi. (Dok: chla.org)
Bercak merah dan gatal di kulit merupakan gejala dermatitis atopi. (Dok: chla.org)
Gejala saluran cerna berupa muntah, keram perut, kolik, atau diare. Diare dapat disertai darah karena adanya reaksi peradangan yang berat di usus atau rektum.

Selain itu, dapat timbul gejala di kulit (seperti ruam) dan di saluran napas (pilek alergi atau napas grok-grok).

Kendalikan faktor pemicu alergi
Nah, bila anak telah melakukan tes alergi dan didiagnosis alergi susu sapi, maka sebaiknya sang ibu harus menghindari semua bentuk makanan yang mengandung susu sapi.

Pada buah hati yang mendapat ASI, Ibu harus menghindari semua produk susu sapi dan semua olahannya. Hal ini disebabkan protein penyebab alergi ini bisa ikut masuk ke dalam ASI Ibu yang mengonsumsi susu sapi sehingga bisa menimbulkan reaksi alergi pada anak yang mengonsumsi ASI.

Bila tak memungkinkan diberikan ASI ekslusif maka bayi alergi susu sapi di bawah 1 tahun, maka dapat konsumsi susu formula alternatif selama minimal 6 bulan atau sampai usia 9 -- 12 bulan. Bayi yang diberikan susu formula alternatif dengan tepat terbukti dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

Beberapa jenis susu formula alternatif yang tersedia sebagai pengganti menurut IDAI, antara lain:

  1. Susu formula hidrolisat ekstensif
    Pada susu ini, protein susu sapi terdapat dalam bentuk yang telah dipecah menjadi komponen yang lebih kecil. Sebagian besar bayi dan anak alergi susu sapi dapat mentoleransi susu jenis ini dengan baik.
  2. Formula asam amino
    Formula yang mengandung asam amino bebas (bentuk paling sederhana dari protein) sebagai sumber nitrogen ini merupakan pilihan terbaik untuk bayi dengan alergi susu sapi, terutama bagi alergi susu sapi berat. Formula asam amino dianggap sebagai pengobatan pilihan pertama untuk alergi susu sapi.
  3. Formula kedelai (soya)
    Formula ini menggunakan kedelai sebagai sumber protein untuk mengganti komponen susu sapi. Meskipun tidak mengandung susu sapi, namun dapat terjadi reaksi silang antara protein susu sapi dengan protein kedelai, sehingga 10-14% bayi alergi susu sapi dapat mengalami reaksi alergi dengan penggunaan susu.
    Formula kedelai tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 6 bulan. Formula ini dapat dipertimbangkan pada bayi dengan keadaan khusus, misalnya masalah ekonomi keluarga, bayi tidak dapat mentoleransi susu formula jenis lain, atau adanya preferensi khusus (pola makan vegetarian).
  4. Susu formula hidrolisat parsial tidak dianjurkan untuk bayi alergi susu sapi.
    Sebagian besar bayi dan anak alergi susu sapi akan sembuh atau toleran terhadap susu sapi saat usia balita. Sebesar 50% bayi alergi susu sapi akan sembuh saat usia 1 tahun, sebanyak >75% akan sembuh pada usia 3 tahun, dan sebanyak >90% akan sembuh pada usia 6 tahun.
    Nah, bila anak-anak menunjukkan gatal-gatal pada kulit yang sering muncul ataupun gejala alergi di atas, kini tak perlu khawatir lagi. Lakukan langkah kenali, konsultasikan dan kendalikan (3K) agar alergi dapat segera teratasi.

Kelas 1000 HPK oleh Dr. Molly, SpA-K hari kedua DBA 3 (Dok: Himam.id)
Kelas 1000 HPK oleh Dr. Molly, SpA-K hari kedua DBA 3 (Dok: Himam.id)
Sumber referensi:
Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi oleh IDAI idai.or.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun