Sungguh tak terhindarkan perbedaan pandangan dari ke empat imam tersebut.
Islah Bahrawai (Liputan 6, 25/02/2022) mengatakan ”pemikiran setiap manusia selalu berbeda, maka penafsiran terhadap yurisprudensi hukum agama juga akan berbeda. Dari sini lahirlah berbagai perbedaan dari setiap hukum agama, yang kemudian memunculkan madzhab, ijtihad, aliran dan sekte-sekte,”
Bahrawi menambahkan, kita semua hari ini adalah pemeluk tafsir-tafsir itu, dan sudah barang tentu semua mengaku yang paling benar. Klaim ini yang seringkali membuat sebagian orang berusaha mendegradasi keyakinan orang lain.
Jangankan terhadap yang berbeda agama, bahkan kepada yang seagama sekalipun. Seringkali karena keyakinan atas tafsir- tafsir, kita melupakan fungsi dasar agama sebagai norma untuk menertibkan akhlak atau moral manusia. Sungguh tidak mungkin agama diturunkan agar manusia saling hujat, saling serang, terlebih lagi saling bunuh satu sama lain.
Dalam sudut pandang manapun, kondisi seperti itu akan sangat merugikan umat manusia pada umumnya, dan masyarakat dan negara Indonesia pada khususnya (Sintha Wahjusaputri, 2015).
Menegakkan titik temu
Sesungguhnya sila-sila dalam Pancasila sejatinya sudah menjadi titik temu. Kalau kita mengakui Tuhan Yang Maha Esa, maka sesungguhnya yang menghendaki adanya perbedaan itu datang dari Tuhan. Karena datang dari Tuhan yang satu, maka seharusnya tidak ada yang merasa paling benar, tidak ada anarkisme dan tindakan destruktif. Karena benar dan salah Allah yang maha mengetahui (Buya Syakur Yasin, 2019).
Tuhan menghendaki seseorang menjadi sunni, syiah atau aliran lain bahkan agama dan kepercayaan.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi penuntun bahwa agama untuk manusia, bukan sebaliknya. Karena semua agama sejatinya berkonsep luhur dengan dasar kemanusiaan dan kedamaian. Menganggap paling benar terhadap keyakinan atau mazhab kita, tidak harus dengan menyalah-nyalahkan keyakinan, aliran, dan agama orang lain.
Jadi titik temu dalam mengelola perbedaan tidak lain adalah Pancasila. “Pancasila bukan hanya telah mempersatukan kita semua, Pancasila juga telah menjadi bintang penuntun ketika bangsa Indonesia menghadapi tantangan dan ujian,” ucap Presiden Joko Widodo dalam peringatan Hari Lahir Pancasila (01/06/2022).
Lebih lanjut Presiden menyebutkan bukti melalui perjalanan sejarah bahwa Indonesia tetap berdiri kokoh menjadi negara yang kuat, karena seluruh elemen bangsa terus sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan dan memperjuangkan Pancasila.