Mohon tunggu...
SYARIF ALI
SYARIF ALI Mohon Tunggu... Dosen - brief description

Pernah merasa hampa menjadi pejabat struktural yang dihampiri uang dan perlakuan hormat hanya karena jabatan yang disandang. Menjadi Dosen dan tetap mencintai Karate. Senang membaca karena ikut kebiasaan paman dan kakak membaca koran bekas pembungkus bumbu di kampung yang terpencil. Menulis untuk meninggalkan jejak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Agama Sama tapi Berbeda? Apa yang Terjadi Setelahnya?

17 Juli 2023   10:00 Diperbarui: 17 Juli 2023   10:03 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sungguh tak terhindarkan perbedaan pandangan dari ke empat imam tersebut.

Islah Bahrawai (Liputan 6, 25/02/2022) mengatakan ”pemikiran setiap manusia selalu berbeda, maka penafsiran terhadap yurisprudensi hukum agama juga akan berbeda. Dari sini lahirlah berbagai perbedaan dari setiap hukum agama, yang kemudian memunculkan madzhab, ijtihad, aliran dan sekte-sekte,”

Bahrawi menambahkan, kita semua hari ini adalah pemeluk tafsir-tafsir itu, dan sudah barang tentu semua mengaku yang paling benar. Klaim ini yang seringkali membuat sebagian orang berusaha mendegradasi keyakinan orang lain.

Jangankan terhadap yang berbeda agama, bahkan kepada yang seagama sekalipun. Seringkali karena keyakinan atas tafsir- tafsir, kita melupakan fungsi dasar agama sebagai norma untuk menertibkan akhlak atau moral manusia. Sungguh tidak mungkin agama diturunkan agar manusia saling hujat, saling serang, terlebih lagi saling bunuh satu sama lain.

Dalam sudut pandang manapun, kondisi seperti itu akan sangat merugikan umat manusia pada umumnya, dan masyarakat dan negara Indonesia pada khususnya (Sintha Wahjusaputri, 2015).

Menegakkan titik temu

Sesungguhnya sila-sila dalam Pancasila sejatinya sudah menjadi titik temu. Kalau kita mengakui Tuhan Yang Maha Esa, maka sesungguhnya yang menghendaki adanya perbedaan itu datang dari Tuhan. Karena datang dari Tuhan yang satu, maka seharusnya tidak ada yang merasa paling benar, tidak ada anarkisme dan tindakan destruktif. Karena benar dan salah Allah yang maha mengetahui (Buya Syakur Yasin, 2019).

Tuhan menghendaki seseorang menjadi sunni, syiah atau aliran lain bahkan agama dan kepercayaan.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi penuntun bahwa agama untuk manusia, bukan sebaliknya. Karena semua agama sejatinya berkonsep luhur dengan dasar kemanusiaan dan kedamaian. Menganggap paling benar terhadap keyakinan atau mazhab kita, tidak harus dengan menyalah-nyalahkan keyakinan, aliran, dan agama orang lain.

Jadi titik temu dalam mengelola perbedaan tidak lain adalah Pancasila. “Pancasila bukan hanya telah mempersatukan kita semua, Pancasila juga telah menjadi bintang penuntun ketika bangsa Indonesia menghadapi tantangan dan ujian,” ucap Presiden Joko Widodo dalam peringatan Hari Lahir Pancasila (01/06/2022).

Lebih lanjut Presiden menyebutkan bukti melalui perjalanan sejarah bahwa Indonesia tetap berdiri kokoh menjadi negara yang kuat, karena seluruh elemen bangsa terus sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan dan memperjuangkan Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun