Kondisi ini dapat diatasi dengan mengikut sertakan calon pensiunan dan pasangan dalam pelatihan persiapan purna tugas.
Perlu dicatat, tujuan dan topik pelatihan tersebut lebih banyak menyiapkan mental dan tip menjaga kesehatan, bukan diajari bagaimana menjadi wirausaha. Karena selain jumlah nominal uang pensiun PNS cekak, calon pensiuanan belum tentu memiliki lahan, minat, bakat dan keterampilan, misalnya berternak ikan lele.
Bisa jadi usaha budi daya ikan lele atau restoran gagal, dan ini berpotensi menjadi beban psikologis.
Kedua, idealnya memang dari awal masuk kerja sudah melakukan investasi dalam bentuk tabungan, saham, tanah, dan lain sebagainya. Tapi tidak semua PNS mampu melakukan investasi, pendapatan PNS di daerah A akan berbeda dengan PNS yang bekerja di Pemerintah DKI Jakarta atau di Kementerian Keuangan.
Untuk menyiasati ini, lakukanlah investasi sebaik mungkin di pendidikan anak. Berikan stimulasi agar dapat mengikuti sekolah di institusi pendidikan berkualitas dan terkemuka, memberikan fasilitas kamar sendiri, menjaga rumah tetap rapi dan asri, jaga suasana komuniksi tetap cair dan informal saja, misalnya membuat lawakan yang rada-rada gokil baik oleh suami maupun isteri, sehingga setiap hari di rumah dipenuhi kemeriahan dan kasih sayang.
Untuk dicatat, suami yang ikut mengepel rumah, mencuci piring, menyikat kamar mandi, merapikan tempat tidur akan menjadikan house menjadi home. Dan ini akan dicatat dalam memori anak-anak. Demikian juga, suami yang menghabiskan merokok dan ngopi di beranda rumah setiap harinya.
Memberikan perlengkapan peralatan laptop, mouse, printer, buku bacaan yang berkualitas. Rekreasi ke toko buku dan memberikan kebebasan memilih buku akan memberikan pengalaman berharga bagi anak. Â
Boleh saja pakaian, kendaraan dan konsumsi harian kita sederhana, tapi untuk keperluan anak mengikuti ekstrakurikuler, mengikuti kursus bahasa asing, coding, lomba dan kegiatan lain yang diminatinya harus dinomor satukan. Bisa jadi nantinya anak-anak kita lebih mudah bersaing mendapatkan pekerjaan sehingga dapat membantu keuangan keluarga. Ini, investasi sumber daya manusia.
Jepang yang hancur lebih tahun 1945, pada tahun 1990 sudah mampu menjadi raksasa ekonomi. Karena melakukan investasi pada sumber daya manusia.
Ketiga, Hindari hutang ketika memasuki BUP. Hutang piutang harus sudah tuntas sebelum kita pensiun. Sangat berat menjalani masa pensiun dengan beban hutang. Jangan tergiur dengan tawaran bank yang memberikan fasilitas cicilan hingga berumur 75 tahun.
Persiapan pensiun tidak hanya berfokus pada instrument investasi berbentuk uang dengan kalkulasi sekian persen kali sekian persen, namun juga penting bagi PNS untuk berinventasi dalm bentuk non uang.