Kantin kampus penuh sesak, semua meja terisi penuh, selain sajian makanan yang beraneka ragam, meja menjadi ajang tempat menaruh tas kuliah, hand phone, dan rokok. Asap rokok elektrik melayang seperti awan yang dihembuska mahasiswa atau mahasiswi.
Bedanya, mahasiswi menghembuskan asap dari mulutnya dengan kalem, menunduk. Sedangkan laki-laki mendongakkan kepala sehingga asap rokok elektrik menyebar lebih cepat.
Mahasiswa datang dan pergi, dengan gang masing-masing. Karena setiap anggota gang merupakan sudah akrab maka cekikan dan celotehan dengan intonasi tinggi baik perempuan atau laki-laki membahana mengalahkan suara mie yang sedang digoreng, pesanan geromboloan mahasiswa.
Gairah berkumpul, menjadi kesempatan untuk melonggarkan tekanan tugas mata kuliah dari dosen. Mungkin juga karena sudah lebih dua tahun tidak bertemu karena kuliah daring.
"Anjiiirrr," tiba-tiba terdengar suara suatu meja yang disambut dengan tertawa. "Anjiiirrr," dibalas oleh teman mahasiswa yang lain.
"Goblokkk," suara dari meja lain, juga diiringi oleh suara tawa yang ramai. "Dasar oneng, lu," kata seorang mahasiswi kepada temannya.
Tiga kata itu sangat popular diucapkan di lingkungan kampus. Sadar atau tidak, sebenarnya tiga kata itu tidak elok didengar. Anjir lebih mengarah kepada seekor hewan yang manis dan lucu, tapi bagi sebagian orang, hewan tersebut haram dan menjijikkan.
Oneng, pelesetan dari kata lain dari oon, ungkapan yang menggambarkan kebodohan.
'Anjir' lebih popular
Namun kata 'anjir' lebih popular.
Perhatikan di lingkungan rumah kita, ketika anak-anak yang masih SD dan SMP, sedang main futsal di lapangan bulu tangkis atau sedang ngumpul di musolah menunggu waktu solat.
Kadang tanpa mereka sadari, kata 'anjir' muncul dari mulut mereka.
Baik di kampus maupun di lingkungan rumah, wanita atau laki-laki gemar dan sepertinya tanpa sadar mengucapkan kata ini. Apakah kata ini sudah baku di KBBI?
Ternyata anjir memiliki 3 (tiga) arti (detikJabar,12/08/2022). Saluran air (kanal), pohon, penanda letak jebakan rajungan, berupa sebatang kayu atau balok yang diberi warna mencolok.
Ke tiga makna anjir ini jauh dari kata umpatan.
Oh ya, generasi milinial kita memiliki varian lain dalam menggunakan kata anjir yang bernada umpatan. 'anjrit', 'ajig', 'anying', 'anjay', dan 'ancol'.
Antara Mahasiswa Komunikasi dan KedokteranÂ
Iseng-iseng, penulis mengamati dua program studi pada semeseter ganjil tahun 2020: Komunikasi dan Kedokteran.
Mahasiswa mana yang paling banyak mengucapkan kata 'anjir'. Ternyata 'anjir' lebih banyak diucapkan oleh mahasiswa yang mengambil program studi komunikasi.
Ini cukup mengagetkan. Penulis langsung menuliskan di grup dosen FISIP, temuan kecil ini. Lebih menyedihkan, mahasiswi ini sengaja mengumpat ketika pembelajaran masih berlangsung, walaupun dari luar kelas. Namun sepertinya disengaja agar suaranya terdengar di dalam kelas.
Di kantin yang berlokasi di fakultas Kedokteran, tidak terdengar sama sekali kata 'anjir', bukan mengalem, tapi kenyataanya seperti itu.
Namun ada teman berseloroh "Tapi mereka lekat dengan kata radikaliseme," kata rekan sejawat ini.
Nah, untuk hal ini saya belum melakukan observasi sendiri.
Sepertinya kantin dan tempat ngumpul anak muda, paling tidak di Jabotabek, berlaku: ga ada kata 'anjir' ga rame.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H