Coretan : Ifha Sajja
Udara pagi menghentakan jiwa ini sayup-sayup suara adzanpun berkumandang tepat ditelingaku sungguh menggugah hatiku, hingga akhirnya akupun bangun dari tidur lelapku dan langsung bergegas menuju kamar mandi tepat berada dibalik dinding kamarku, perlahan-lahan ku basuh wajahku dengan air untuk sucikan hati.
Tapi jiwa ini masih merasa terasingkan dari dunia nyata tersadar termenung dimanakah jiwa ini, sudah kembalikah ke jasadnya atau masih diatas sana. Setelah benar-benar merasa jiwa sudah menyatu dengan jasad akupun bergegas menjalankan perintahnya dikeheningan malam kutadahkan tangan kelangit sujud sembah seorang pencinta merindukan belaian kasih sayang sang pemberi cinta diiringi bisikan rindu bergemuruh.
Usai menengadahkan tangan ke langit dialiri hati meringis betapa sangat cinta kepada dia, allah yang selalu menyertai setiap langkahku disetiap hari-hariku menelusuri jejak langkah dari desa kekota hingga akhirnya menginjakan kakiku di ibu kota Negeri ini.
Akupun tersadar dari lamunanku saat teringat hari ini, adalah hari Selasa 31 Januari 2012 hari yang ku tunggu-tunggu dimana Institut Titian Perdamaian (ITP) salah satu lembaga pegiat perdamaian di Indonesia akan menggelar launching buku yang bertema "dinamika konflik dan kekerasan di Indonesia".
Saat itu juga kulepaskan semua rasa gundah dihati yang tadinya dikelilingi keheningan, kerinduan dan rintihan berganti sebuah semangat baru karena hari ini akan dilahirkan sebuah buku yang aku nanti-nantikan.
Rasa penasaran semakin menyelimuti jiwaku. ”seperti apakah buku itu? Apakah lahirnya buku itu akan menyadarkan orang-orang yang saat ini tengah berkonflik di berbagai daerah di Indonesia? Akankah buku ini akan menyentuh hati pemangku bebijakan di Negeri ini? ” bisiku dalam hati penasaran, maklum di usiaku yang baru 24 Tahun ini, rasa ingin tahuku begitu dasyat.
Selain rasa ingin tahu, sesekali jiwa ini dihantui oleh kegelisahan prihatin akan kondisi Negeri tempat aku pijakan kakiku saat ini masih terus mengalami konflik dan kekerasan dimana-mana, mulai konflik yang terjadi pada elit politik, serta konflik dan kekerasan kepada masyarakat akibat kesenjangan ekonomi serta kebijakan pemerintah yang tidak merata.
”sungguh memprihatinkan negara yang dulunya dipertahankan dengan titian darah, keringat para pejuang-pejuang yang tidak kenal lelah demi kemerdekaan, tapi sayang, kemerdekaan ini bukan diisi dengan hal-hal yang patut dibanggakan malah dinodai dengan kekerasan serta korupsi dimana-mana” jeritku dalam hati
Tapi apalah daya saya hanyalah anak seorang petani, yang tak bisa berbuat apa-apa bahkan tidak mengerti apa yang harus dilakukan, namun saya berharap hadirnya buku ” dinamika konflik dan kekerasan di Indonesia ini,” bisa membuka mata hati para pembuat kebijakan di Negeri ini dan memberi harapan baru bagi seluruh masyarakat di bumiku Indonesia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H