Miliaran hewan hidup di dalam semesta ini dengan takdir kehidupan yang berbeda-beda. Tempat tinggal yang berbeda menentukan bagaimana para hewan bisa hidup dan memaksimalkan kehidupannya agar terjaga dan berkualitas. Lalu beberapa hewan memiliki keberuntungan berbeda karena diadopsi atau dirawat oleh manusia sehingga kecukupan makanan dan kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi.
Menyadari bahwa hewan adalah makhluk hidup ciptaan tuhan yang memiliki hak yang sama dengan makhluk hidup lainnya yang berhak memiliki kehidupan yang layak. Namun kenyataan mengatakan hal lain. Banyak hewan yang tidak memiliki kehidupan yang layak sehingga melanjutkan kehidupannya dengan terseok-seok.
Shelter atau penangkaran merupakan salah satu hal yang tidak asing bagi para pecinta hewan. Shelter hewan merupakan tempat tinggal sementara bagi hewan terlantar, hewan yang dibuang atau hewan yang ditinggalkan oleh pemiliknya dalam kondisi buruk. Tujuan diadakannya shelter biasanya untuk menolong dan menyelamatkan hewan yang terlantar.Â
Hewan sebagai makhluk hidup memiliki nurani yang berbeda dengan manusia. Ketika hewan berada dalam shelter dan mendapatkan pertolongan atas kehidupannya, bisa jadi diberi makan yang layak dan teratur atau diberikan kehidupan dengan kasur empuk untuk tidur. Namun, apakah kehidupan hewan di shelter memenuhi nurani hewan sebagai makhluk yang membutuhkan kebebasan?
Perjalanan penulis menuju ke salah satu shelter hewan di Bandung menjadi mula dari tulisan ini. Melihat bagaimana kehidupan hewan yang mulanya memiliki kehidupan yang tidak layak menjadi gemuk besar dengan bulu yang tebal terlihat sangat dirawat setelah masuk shelter. Namun bagaimana dengan mekanisme stres bagi hewan yang dalam waktu lama tetap berada dalam kandang tanpa bersosialisasi dengan alam? Apakah shelter menjadi sebuah solusi bagi kehidupan hewan?
Hewan memiliki hak hak kehidupan yang harus dijaga dan diakui oleh makhluk hidup lainnya. Hak dasar bagi hewan meliputi kehidupannya seperti hak hidup, bebas dari penganiayaan, dan bebas dalam mengekspresikan naluri alami sebagai hewan.Â
Pertanyaan yang menohok dari tema ini apakah hewan dapat dengan bebas mengekspresikan naluri alamiahnya sebagai hewan jika berada dalam shelter yang notabenenya setiap hari, setiap waktu hanya terkurung dalam jeruji kandang yang sempit? Terlepas dari kehidupan dasar nya yang terpenuh seperti makan dan minum.Â
Tidak jauh berbeda dengan sirkus dan topeng  monyet. Sebuah atraksi yang dikendarai oleh kehidupan hewan yang akhir nya tidak bebas dan terkurung dalam tempurung perintah sang majikan, namun tetap terpenuhi dalam segi makanan dan kehidupan.Â
Hewan memiliki naluri dalam merasakan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyamanannya sehingga salah satu cara agar hewan tetap berada pada poros kenyamanannya meskipun di dalam shelter adalah dengan cara menjaga dan mengolah mekanisme stres bagi hewan.Â
Pemikir di Eropa sempat memperdebatkan mengenai mekanisme stres bagi hewan. Gagasan bahwa hewan tidak mampu mengalami rasa sakit dan tidak bisa mengontrol emosi nya sebagai makhluk hewani. Sehingga shelter memiliki kewajiban dalam mengatur kontrol emosi hewan agar kehidupan hewan tidak stres dan tetap terjaga.Â
Kehidupan dan kontrol emosi hewan menjadi salah satu poin yang penting karena termasuk menjaga hak hewan dalam mengekspresikan naluri hewaninya. Adanya kewajiban shelter dalam menjaga kontrol emosi hewan menjadi salah satu alasan bahwa shelter harus memiliki ilmu pengetahuan mengenai hewan.Â