Mohon tunggu...
Syarifah Aliyyah Ghibtiyyah Catherina Florencia Shihab
Syarifah Aliyyah Ghibtiyyah Catherina Florencia Shihab Mohon Tunggu... -

Best Seller Writer, Singer, Entrepreneur, Motivator, Financial Consultant, Song Writer, CEO Majalah Syarifah / SAS Publisher / SAS Foundation / SAS Community / SAS Group Nama Lengkap : Syarifah Aliyyah Ghibityyah Catherina Florencia Shihab Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 15 Juli 1988 Nama Ayah – Ibu : al- Habib Alwi Muhammad Shihab Syarifah Sundus Maria Shihab Anak ke : 1 dari 8 bersaudara Pendidikan Formal : SD Dharma Ibu Bogor SMP PGRI 12 Bogor SMK Farmasi Pondok Pesantren al- Khairaat Bekasi Universitas Pancasila Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen STIE Bina Niaga Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen STAI Al –Aqidah Fakultas Syariah jurusan Hukum Islam Penulis Best Seller : Novel ( The Power Of First Love, Kawin Kontrak, Love Story ) Buku ( Berlian Hati, I Love U ALLAH, Doa – Doa Anak Sholeh ) Narasumber Di Radio : 1.Wadi 102 FM Jabodetabek, Program Acara “ Manajemen Kehidupan Remaja Islami ( MKRI ) “ ( Selama bulan Ramadhan, 2008 ) 2.Agri FM Bogor, Program Acara “ Ekpresikan Inspirasimu” ( 2008 ) Narasumber Di TV : 1.30 jaringan TV lokal se- Indonesia, Program Acara “ Sharing With Syarifah Aliyyah Shihab” ( Selama bulan Ramadhan, 2010 ) 2.Qultum Ramadhan Di Super TV Cikarang Bekasi ( Selama bulan Ramadhan, 2012 ) Album Religi : I Love U ALLAH Video Klip : Video Klip Single Perdana Syarifah Aliyyah Shihab Dah Soft Launching " I Love U ALLAH " sudah ditayangkan di 30 jaringan TV lokal se- Indonesia. Please Klik This Link For View The Best Video Klip/ Syarifah Aliyyah Shihab/ I Love U ALLAH & Please Share It! http://www.youtube.com/watch?v=yEYKtrJm83k Tlg Di Share / Copy- Paste Link Diatas Ke Tmn2 Yg Lain Agar Sm2 Bs Menebar Kebaikan Utk Cinta ALLAH SWT! Tebarkanlah kebaikan sekecil apapun, ALLAH tak lihat seberapa banyak hartamu tapi ALLAH lihat seberapa besar usahamu untuk beribadah & mencintai-Nya. Contact Her : -Management Contact Bu Tia 0878-70232790 -Fanpage FB Syarifah Aliyyah Shihab -YM syarifahaliyyahshihab@yahoo.co.id -Blog : www.syarifahaliyyahshahab.blogspot.com http://ads2.kompas.com/layer/YCPA/archive_detail.php?id=186 http://www.jurnalbogor.com/?p=20733 http://swa.co.id/headline/lupus-energi-aliyyah-berkarya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aliyyah Shihab, Si Pendobrak Tradisi Arab

1 Maret 2013   17:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liputan dari Mbak Susi tnol.co.id, http://www.tnol.co.id/profil/20366-aliyyah-shihab-si-pendobrak-tradisi-arab.html [caption id="attachment_230209" align="aligncenter" width="300" caption=""][/caption] Syarifah Aliyyah Shihab adalah tipikal pendobrak tradisi. Dengan segala multitalenta yang dimiliki, baik sebagai penulis, motivator, trainer, maupun pemimpin SAS Foundation, ia pun ingin berkarya lebih. Dan, perempuan yang akrab disapa Aliyyah ini pun merasa bersyukur memiliki orang tua yang demokratis . “Alhamdulillah, meski kedua orang tua berdarah arab, tapi tidak fanatik seperti apa yang sering diberitakan media tentang keluarga arab,”jelas pendiri Pinky Hijab Community ini kepada TNOL. Menurut pemilik nama asli Syarifah Aliyyah Ghibityyah Catherina Florencia Shihab ini, seorang pimred Qisthi Press, Anis Maftukhin pernah mengatakan bahwa dirinya adalah pendobrak tradisi Arab dan akan mempengaruhi perkembangan wanita arab lainnya. “Maksud beliau (Anis Miftukhin) saya paham, biasanya kan cewek arab umur 15 sampai 17 tahun sudah menikah, jadi ibu rumah tangga, tanpa karya, walaupun secara ekonomi mereka mapan. Nah, saya umur 18 tahun sudah menulis buku dan aktif, mungkin di kalangan orang Indonesia itu sudah biasa, tapi di kalangan keluarga arab ini luar biasa, karena out of the box,” tutur putri dari pasangan Al-Habib Alwi Muhammad Shihab dan Syarifah Sundus Maria Shihab ini menjelaskan. [caption id="attachment_230210" align="aligncenter" width="300" caption=""]

[/caption] Kebanyakan aktivitas Aliyyah adalah di dunia sosial. Ia mengaku terjun ke dalam kegiatan sosial karena terinspirasi dari para leluhurnya. “Beliau -beliau adalah para saudagar’ pejuang’ pedagang yang mendedikasikan diri dan jiwa mereka ke berbagai kegiatan sosial dengan penuh keikhlasan,” ujarnya. Adapun kegiatan sosial yang dilakukannya seperti roadshow novel pertamanya berjudul The Power Of First Love ke sekolah-sekolah pada tahun 2007 yang bertujuan untuk menginspirasi para remaja tentang menulis itu asyik. [caption id="attachment_230211" align="aligncenter" width="300" caption=""]
13621597621043392975
13621597621043392975
[/caption] Dalam roadshow ini, Aliyyah juga melakukan pelatihan untuk memotivasi para remaja. Ia tak pernah menerima satu sen pun dari setiap pelatihan yang dilakukannya. Justru, ia membagikan novelnya itu secara gratis. Meski, diakuinya membutuhkan dana yang cukup besar untuk promosi buku tersebut. “Royalti saya cuma tiga juta lima ratus ribu rupiah, karena saya dapat 5 % dari harga buku di toko buku sebagai penulis pemula. Tapi, pengeluaran promosi saya selama 1 tahun itu 70 juta. Nah, tahun kedua 2008 juga sama minus, tahun ketiga saya baru sadar bahwa saya ini ‘Gak Punya Jiwa Dagang’ karena gak tegaan. Bikin buku pinginnya dibagikan gratis, bikin seminar seminar juga pengen gratis, rasanya gimana gitu yah nerima uang dari hasil kita sharing ilmu, “mungkin motivator lain bisa bangga dengan bayaran mahal, tapi kalau saya kok malah jadi malu pas nerima amplop kalau habis kasih seminar.” Melihat hal itu, wanita kelahiran Palembang 15 Juli 1988 ini, menyadari dan menemukan bahwa dirinya cocok menjadi Social Preneur. Akhirnya, pada 2011, ia mendirikan sebuah yayasan bernama SAS Foundation. Kegiatan-kegiatan di SAS Foundation ini banyak bergerak di bidang sosial. Aliyyah juga menghabiskan waktunya di dunia tulis menulis. Pada tahun 2007 ia mulai terjun untuk menulis karena terinspirasi dari seorang laki-laki yang pernah dicintainya, namun tidak dikenalinya. “Dulu saya pernah jatuh cinta di acara pesta pernikhan ala Arab di Palembang. Tapi, gak sempat kenalan sama cowok itu jadi saling lihat-lihatan aja, besoknya saya harus pulang ke Bogor dan depresi juga selama bertahun tahun karena mikirin dia. Sampe sekarang dah 12 tahun belum ketemu dia lagi dan gak tahu nama dia siapa. Lucu juga kan,” terangnya bercerita. Di tahun 2007 dirinya menulis novel The Power of First Love yang terinspirasi dari kisah itu, dengan niat ‘agar cinta pertamanya dibaca lewat novel tersebut. “ Subhanallah, mungkin ini memang sudah jalan yang Allah SWT tentukan untuk saya. Sekarang saya malah jadi senang banget nulis dan menjadikannya sebagai profesi,” ungkap wanita yang kini sudah memiliki satu anak ini meyakinkan. Anak ke-1 dari 8 bersaudara ini memilih menjadi motivator remaja, karena pada masa remajanya mengalami kehidupan yang up down. “Saya dari kecil super aktif, gak bisa diem, mama saya mengarahkan ke berbagai kursus dan lomba dari mulai yang gratis sampe yang bayar. Itu terbawa sampe sekarang. Saya tidak punya teman dari SD sampai kuliah. Maaf bukannya sombong atau tidak mau berteman, tapi karena kegiatan saya padat banget, jadi gak sempat ikut kumpul bersama teman teman. Kadang suka iri juga kalau lihat anak-anak SMU pergi ke mal bareng teman se genk, tapi saya ke mal sendiri. Yah gitu deh konsekuensinya.” Mengidap Lupus Aliyyah selalu tampil cantik dengan jilbab pink Meskipun berasal dari keluarga berada, Aliyyah merupakan anak yang mandiri. Sejak kecil ia sudah bekerja. Ketika SMP kelas 1, ia sudah berjualan aksesoris buatan sendiri, SMP kelas 2 ia mengikuti Multi Level dan Direct Selling dengan berjualan kosmetik dan body care di Sekolah. Menginjak SMU kelas 2, ia mengajukan diri menjadi manager yang membawahi minimal 100 distributor di salah satu direct selling. “Karena kebetulan omzet penjualan saya bagus, tapi karena pas mau kenaikan kelas 3 akhirnya saya stop dan fokus ke kelas 3. Ketika SMU kelas 2 juga tulisan pertama saya diterima majalah gadis dapat honor 300 ribu rupiah,”ujarnya. Setelah lulus SMU, alumni Universitas Pancasila Fakultas Ekonomi ini dikirim ke pesantren oleh sang ayah. “Karena papa melihat pergaulan saya dengan beberapa teman yang berniat menjerumuskan saya ke hal yang tidak-tidak, dan papa takut saya jadi terjerumus bersama mereka, karena saya kan masih polos banget, nah Papa dan Mama udah agak khawatir. Makanya, saya di pesantrenkan dulu untuk belajar akhlak. Subhanallah, di pesantren ini saya memakai jilbab dengan gamis lebar. Bahkan, satu minggu di pesantren saya ingin memutuskan memakai cadar. Subhanallah, Allah SWT masih melindungi saya dari berbagai hal buruk,”tuturnya. Lanjutnya, “Januari 2007 novel saya terbit dan Alhamdulillah sampai sekarang saya mendapatkan begitu banyak rezeki dari karir ini. Baik rizki secara materi maupun non-materi. Ini berkahnya nurut sama orang tua, saya gak tau deh jadi apa saya jika orang tua tidak mengarahkan.” Namun, ditengah-tengah karirnya yang melonjak, tiba-tiba penulis buku Berlian Hati ini oleh dokter didiagnosis menderita penyakit Lupus pada tahun 2008. “Karena tulang saya sering ngilu, kondisi tubuh saya sangat rentan sakit, jadi 3 hari sakit, 3 hari sembuh, terus aja kayak gitu siklusnya, akhirnya tes darah dan rontgen,”ucapnya. Saat didiagnosis, ternyata dia mengidap Lupus. Wanita yang pernah menjadi pembicara di 30 jaringan TV lokal se-Indonesia ini mengaku kaget. Apalagi novel keduanya yang berjudul Kawin Kontrak, menceritakan tentang wanita yang juga menderita Lupus. “Lah, ko malah saya yang di diagnosa lupus. Saya sih agak kaget juga,” ia menambahkan. Meskipun begitu, ia tak ingin melankolis, bahkan untuk chek up ke dokter pun tidak dilakukannya lagi, alasannya karena ia tak ingin hidupnya dibayang-bayangi vonis dokter. “Saya gak mau mendengar dokter mengatakan hidup saya sekian tahun lagi. Saya selalu berdoa agar Allah SWT memberikan kesehatan jasmani dan rohani.” Untuk menghadapi penyakitnya ini, ada beberapa hal yang dilakukan Aliyah tanpa berobat ke dokter, diantaranya selalu menanamkan sugesti bahwa dirinya itu sehat. Kemudian tidak minum obat dokter, karena jika minum obat, tubuhnya malah merasa lemas. “Jadi saya minum susu aja, habbatusauda atau jinten hitam, madu dan papa suka ngeracikin obat herbal,” katanya. Ia juga melakukan terapi lewat ibadah (sholat, puasa, doa, sedekah, shalawat). Diungkapkannya, “Biasanya keluarga dan ustad saya, habib Sagaf Shihab, yang biasa ngingetin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Keluarga tidak ada yang pernah menyinggung bahkan bertanya tentang hal ini, karena mereka tidak mau saya jadi kepikiran. Bahkan adik saya aja kaget waktu dia baca pemberitaan di media tentang penyakit ini. Tapi, mama dan papa yang memang sudah tau sejak awal laporan dokter selalu bilang bahwa saya sehat. Hal ini lah yang menjadikan kekuatan,” ungkap Aliyyah.(Sbh) Afwan… Terimakasih banyak karena telah menjadi bagian dari saudaraku, Barakallah… Syarifah Aliyyah Shihab @saliyyahshihab kompasiana.com/syarifahaliyyahshihab syarifahaliyyahshahab.blogspot.com www.youtube.com/watch?v=zgluFop2Bo4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun