Di jalanan kota yang sibuk dan ramai,
Seorang tunawisma mengemis dengan mata yang sayu.
Dalam dinginnya malam yang gelap dan dingin,
Dia berusaha bertahan dengan segala kesedihannya
Tak ada tempat yang bisa dia panggil rumah,
Hanya deretan trotoar yang menjadi alasannya.
Dia tidur di bawah langit yang tak berbelas,
Menghadapi kerasnya dunia tanpa tempat berlindung
Tunawisma, manusia yang terpinggirkan,
Terlupakan oleh masyarakat yang terburu-buru.
Tak ingin mereka melihat dan terus berlalu,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!