Mohon tunggu...
Syarifah Rukayah Indra
Syarifah Rukayah Indra Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 4 Banda ACeh

Guru SMAN 4 Banda Aceh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Kaki di Hati ibu

16 Desember 2024   12:59 Diperbarui: 16 Desember 2024   14:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : doc pribadi

Namun, takdir berkata lain. Saat engkau sedang menikmati masa-masa indah, saat tengah semangatnya mengabdikan diri untuk agamanya, berpindah dari suatu daerah ke daerah lain tanpa pernah merasa keberatan karena memang sesuai dengan panggilan jiwamu yang menyukai tempat yang baru dimana saja.., penyakit kanker datang menyergap tanpa diduga. Awalnya, hanya sebuah benjolan kecil yang tak terlalu diperhatikan. Namun, seiring berjalannya waktu, benjolan itu semakin membesar dan membuat Ayed merasa tak nyaman,

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, vonis dokter pun keluar. Kanker stadium lanjut. Hati kami hancur berkeping-keping. Bagaimana tidak? Anak yang selama ini sehat dan kuat, kini harus berjuang melawan penyakit mematikan.

Kami sekeluarga memutuskan mengobatinya di Jakarta, untuk menjalani pengobatan karena saat itu kita tengah dilanda pandemi, sehingga berobat keluar negeri pun saat itu tidak bisa. Kami sepakat untuk membawanya ke pusat pengobatan kanker Indonesia, Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Harapan kami hanya satu, Ayed bisa sembuh dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Engkau menjalani kemoterapi dengan sabar. Rambutnya rontok, karena kemoterapi diganti dengan senyum cerahnya, semangatnya tidak pernah padam. Ia selalu tersenyum dan memberikan semangat kepada kami. Engkau sering berkata, "Ayed yakin, Allah akan menyembuhkan." Saat masa krisis nya hilang ia akan semangat seperti sediakala kembali. Seperti tidak sedang sakit. Ceria, cerita dan semangatnya kembali seperti biasa. Sifat usil dan kelucuannya tetap menghiasi hari-harinya. Setiap suntikan jarum terasa menusuk, namun ia tetap tegar. "Insyaallah Ayed akan  sembuh, Mi!" ujarnya dengan mantap, matanya berkilau penuh harapan.

Hari demi hari dilalui dengan perjuangan. Kami yang mendampinginya tetap memberinya semangat dan pengharapan. Mual, muntah, dan kelelahan tak menyurutkan langkahnya. Ia menjalani setiap pengobatan dengan sabar. Dan akhirnya, kabar gembira datang. Dokter menyatakan tahap tahap berat pengobatan selesai tinggal manjalani maintenance , dokterpun mengucapkan selamat untuknya karena sudah berhasil melewati masa-masa sulitnya.  Sukacita menyelimuti kami sekeluarga. Masa perawatan intensif pun berganti menjadi masa maintenance.

Namun, takdir Allah berkata lain. Di tengah masa itu, kondisi Ayed tiba-tiba memburuk. Infeksi menyerang tubuhnya secara menyeluruh. Tubuh mungilnya tak mampu melawan.

Sesak napas yang semakin parah membuatnya meringkuk di ranjang, setiap tarikan napas terasa begitu berat. Dokter yang berjaga segera mengambil tindakan, memasang ventilator untuk membantu Ayed bernapas.

Sebelum ventilator dipasang, Ayed sempat meminta handphonenya untuk menghubungi pihak Asrama Sulaymaniyah. Tempat di mana ia telah mengabdikan diri dan menerima banyak dukungan selama ini. Dengan suara yang tersendat-sendat, ia ingin menyampaikan rasa terima kasihnya dan memohon doa. Namun, sesak napas yang kian parah membuatnya tak mampu lagi berbicara.

Hingga akhirnya, setelah berjuang keras selama tiga jam, engkau menghembuskan napas terakhir. Tubuh yang lemah kini tertidur nyenyak, wajahnya terlihat tenang seolah tidak ada lagi rasa sakit yang menyiksanya. .

Rasa tak percaya menghadapi kenyataan ini. Seakan-akan seluruh hidup ini runtuh seketika. Kepergianmu  meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, teman-teman, dan seluruh  Asrama Sulaymaniyah.. Percakapan tentang masa depan yang kini hanya tinggal angan-angan.

Meski kepergianmu meninggalkan kesedihan yang mendalam, semangat pengabdianmu akan selalu dikenang dalam membina generasi muda di Asrama Sulaymaniyah akan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Doa terbaik untukmu anakku, semoga Allah menempatkanmu  di tempat yang paling mulia dan  indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun