[caption id="attachment_294906" align="alignleft" width="259" caption="ebtanicha.web.id"][/caption]
Bukan perkara mudah menata hati saat menghadapi penolakan dari seseorang. Apalagi dari seorang gadis yang telah disiapkan untuknya sebuah ruang dalam hati ini. Harapan dan angan untuk kelak bersanding dengannya di pelaminan runtuh berkeping dalam sesaat kala mendengar ia memilih lelaki lain pujaan hatinya. Angan yang telah dibangun sekian lama ternyata hanya mimpi yang takkan pernah jadi kenyataan. Sungguh pahit dan menyakitkan!
Apakah Anda pernah mengalami situasi seperti ini? Bila ya, maka yakinlah Anda tidak sendirian. Ada banyak manusia di sekitar kita yang juga pernah merasakan pahit dan sakitnya saat-saat seperti itu. Sebagaimana dialami seorang kawan saya belum lama ini kala ia mendengar wanita yang ia harap dan idamkan jadi pendampingnya, ternyata memilih lelaki lain. Mimpinya buyar seketika, dan harapan itu akhirnya harus ia kubur diam-diam.
Bila berbicara tentang jodoh, maka kita sedang membicarakan salah satu rahasia Allah Swt. bagi manusia, selain rizki dan kematian. Ketiga hal ini; jodoh, rizki dan maut, adalah misteri kehidupan yang pasti akan dilalui setiap manusia. Ketiganya sudah ditetapkan oleh Allah, bahkan sebelum manusia lahir ke di dunia. Ketiganya adalah rahasia, karena tak seorang pun di antara kita yang tahu dengan siapa ia bakal berjodoh, seperti apa rizkinya di dunia, dan kapan atau dimana kelak malaikat maut akan menjemput.
Bila tiga misteri tersebut sudah ditetapkan Allah, lalu apakah kita sebagai manusia hanya diam berpangku tangan menanti datangnya jodoh, rizki dan maut? Tentu tidak! Karena itu Allah anugerahkan berbagai potensi pada diri kita yang selanjutnya digunakan untuk berikhtiar dan berusaha maksimal, dan hasil akhir dari ikhtiar dan usaha itulah yang kita sebut sebagai ketetapan atau takdir Ilahi yang berlaku pada diri kita.
Kunci lain yang patut disertakan dalam proses ikhtiar dan usaha yang dilakukan adalah keikhlasan dan ketulusan. Mengapa ini penting disertakan? Mari kita lihat beberapa contoh sekaligus pelajaran dari orang-orang sekitar kita yang dirundung kesedihan mendalam, stress dan masuk ke rumah sakit jiwa karena tidak siap menghadapi ketetapan buruk yang berlaku atasnya. Rumah atau harta benda yang hilang atau ludes terbakar, penyakit parah yang tak kunjung sembuh, atau cinta bertepuk sebelah tangan, adalah sejumlah alasan yang jadi penyebab munculnya stress, gila atau bahkan bunuh diri.
Karena itu pula, munajat dan doa adalah penyeimbang antar usaha dan kerja yang dilakukan dengan hasil akhir yang bakal diperoleh. Kita memasrahkan hasil akhir tersebut segalanya kepada Allah, sembari disertai keyakinan bahwa apa yang Allah tetapkan niscaya adalah yang terbaik. Sebagaimana kita yakin bahwa Allah tiada menghendaki keburukan bagi hamba-hambaNya.
Beberapa hari lalu saya menyaksikan di salah satu stasiun televisi seorang remaja tanggung yang meronta dan berupaya bunuh diri dengan meminum puluhan butir obat –entah obat apa- yang ia campur dengan miras, karena gadis pujaannya menampik cintanya. Usaha konyol tersebut gagal karena keluarganya keburu menolong dan membawanya ke rumah sakit. Di antara manusia seperti ini tidak sedikit yang akhirnya mati beneran karena cintanya ditolak. Seakan tak ada lagi gadis lain di dunia ini selain gadis yang dicintainya itu. Cinta memang bisa membutakan segalanya.
Saya kembali mengingat kisah dua orang sahabat Nabi saw.; Salman alfarisi dan Abu Darda. Ketika itu Abu Darda menemani sahabatnya Salman Alfarisi untuk melamar seorang gadis yang selama ini telah menawan hatinya. Setelah Abu Darda, sebagai juru bicara menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada orang tua sang wanita, orang tua wanita itu pun menyerahkan hak jawab itu kepada putrinya yang juga sudah mendengar maksud kedatangan kedua sahabat Rasul dari balik tabir.
Namun apa yang terjadi? Sang gadis itu ternyata menyatakan "tidak" atas pinangan Salman. Namun ia akan menjawab "ya" bila Abu Darda datang dengan maksud yang sama. Apakah Salman kecewa dan sakit hati pada sahabatnya itu? Sama sekali tidak! Dengan bijak ia menerima kenyataan itu, bahwa cinta sang gadis bukan pada dirinya, tapi pada diri sahabatnya, Abu Darda. Bahkan, nafkah dan mahar yang telah ia siapkan sebelumnya diberikan pula kepada sahabatnya. Sangat mengharukan!
Saya mengenang kisah ini saat mendengar kawan saya ternyata cintanya ditolak oleh wanita yang kepadanya telah ia utarakan isi hatinya. Wanita yang ia harapkan jadi pendamping hidupnya ternyata memilih lelaki lain pujaan hatinya. Kepadanya saya berpesan, "Dia memang bukan jodohmu, kawan! Engkau pun tak harus menunggu jandanya. Engkau juga tak harus mendatangi dukun agar ia segera bertindak agar keinginanmu tercapai. Karena tindakan seperti itu tidak hanya haram hukumnya, tapi juga takkan menyelesaikan masalahmu. Yakinlah, bahwa ada wanita lain di sana yang –insya Allah- lebih baik yang Allah siapkan untukmu".
UK, 19.10.2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H