Mohon tunggu...
syarif ridwan
syarif ridwan Mohon Tunggu... Guru - Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

Lahir di Makassar 1969. Pest. Darul Arqam 88, LIPIA 93. Kini menetap di Kab. Serang, setelah tinggal beberapa tahun lamanya di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Terbuka untuk Noordin M Top; Datanglah, Kedatanganmu Kutunggu!

13 Agustus 2009   12:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:50 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalaamu ‘alaikum

Noordin, untuk kesekian kalinya engkau berhasil meloloskan dari penyergapan anggota tim Densus 88 di Kedu, Jawa Tangah. Dan untuk kesekian kalinya pula engkau berhasil memperdaya puluhan polisi anti hura-hara bersenjata lengkap yang mengepung rumah yang diduga sebagai tempat pesembunyianmu. Bahkan bukan hanya itu. Engkau juga sukses membuat kecele jutaan pasang mata rakyat Indonesia yang dengan perasaan tegang, dag-dig-dug dan harap-harap cemas menyaksikan drama pengepungan atas dirimu melalui sebuah stasiun televise ternama yang sangat akrab dengan warna merah itu.

Noordin, penantian kami selama 18 jam lamanya menyaksikan engkau tertangkap atau terbunuh akhirnya pupus. Engkau begitu lihai dan licin, berhasil menyisakan seorang Ibrohim dari anak buahmu sebagai tumbal keselamatanmu untuk kembali menikmati hari esok. Walau kami semua akan terus dilanda kecemasan karena kesuksesanmu menyelamatkan diri.

Noordin, apa gerangan yang membuatmu begitu tega meledakkan bom di tengah negeri yang mulai aman dan damai ini? Membunuh orang-orang tak berdosa, membuat anak-anak jadi yatim, ibu-ibu jadi janda, bapak kehilangan istri dan anak-anak yang mereka cintai? Bukankah di antara mereka adalah saudara-saudaramu seiman, dimana Allah mengharamkan jiwa seorang Muslim terbunuh kecuali sebab yang hak? Dan engkau lebih tahu itu.

Noordin, aku tahu, kebencianmu pada Amerika, Yahudi dan antek-anteknya sampai ubun-ubun. Tapi…, haruskah lampiasan amarah dan kebencianmu itu menimpa kami dan negeri ini?Mengapa lampiasan amarah dan bencimu itu tidak engkau lakukan di Negara yang tidak engkau sukai itu? Mengapa kami yang harus jadi korban?

Noordin, lihatlah kini hasil karya tanganmu itu. Kami, anak-anak negeri ini semakin merasa terancam. Jiwa kami tak tenang diliputi kecemasan. Negeri kami dijauhi. Investor tak berani menanamkan modalnya. Stabilitas terganggu. Pemerintah pusing, badan intelijen bingung, dan kami anak negeri ini dan saudaramu juga semakin tenggelam dalam duka dan kesedihan.

Noordin, kembalilah ke jalan yang benar. Bukan begitu caranya bila engkau ingin masuk syurga dan jadi ‘pengantin’ bidadari-bidadari cantik jelita. Ketahuilah, bahwa negeri ini bukan wilayah zona perang. ‘amaliyah istisyhad (Bom bunuh) hanya dibenarkan di wilayah darul harb (zona perang). Pergilah kesana dan ledakkan dirimu ditengah pasukan musuh. Insya Allah, engkau masuk syurga.

Noordin, menyerahlah kepada aparat keamanan sebelum engkau tertangkap hidup-hidup atau akhirnya terbunuh. Jangan perdayai mereka lagi dengan aksi-aksimu yang serba tak terduga, kasihan mereka. Bila engkau menyerahkan diri, sadar dan akhirnya bertaubat, maka hukumanmu mungkin bisa lebih ringan. Bahkan bisa jadi engkau diangkat sebagai narasumber bagi jajaran intelijen dan militer, agar mereka dapat mengetahui bagaimana seorang teroris melakukan penyamaran, merekrut ‘pengantin’, mengelabui pengejarnya dan bagaimana ia meloloskan diri dari kepungan.

Noordin, bila engkau sempat membaca tulisanku ini di Kompasiana, lalu engkau tiba-tiba insaf dan ingin menyerahkan diri, maka engkau boleh menghubungiku di nomor 0815 811 sekian, sekian, sekian. Atau menghubungi salah satu admin Kompasiana, Kang Pepih Nugraha atau bung Wisnu nugroho. Keduanya orang baik, dan insya Allah akan bersedia menjadi mediator penyerahan dirimu. Dan maafkan, bila ada kata yang salah, jangan simpan dalam hati.

Noordin, datanglah! Kedatanganmu kutunggu, tlah lama…., telah lama ku menunggu…!

Wassalam

Syarif Ridwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun